Akhir--akhir ini masyarakat pengguna media sosial dikejutkan dengan beredarnya video-video yang menunjukkan kebobrokan moral para anak didik. Sebagai contoh adalah video dimana terlihat seorang siswa SMK yang melecehkan gurunya. Dalam video tersebut, siswa SMK tersebut tampak mengolok--olok dan menantang gurunya tersebut berkelahi.Â
Walaupun si guru berusaha untuk tetap tenang menghadapi tingkah laku siswanya, namun siswa tersebut justru semakin menantang gurunya tersebut. Kasus lain adalah beredarnya video porno yang melibatkan anak SMA di dalamnya.Â
Video tersebut beredar luas di media sosial dan sontak membuat masyarakat, terutama yang mengenal orang yang ada dalam  video tersebut shock. Bagaimana mungkin anak yang diberangkatkan baik--baik oleh orangtuanya ke sekolah justru melakukan perbuatan yang sangat tidak bermoral seperti itu.
Peristiwa--peristiwa seperti diatas membuat kita mempertanyakan kembali sudah sejauh mana sistem pendidikan kita dapat membentuk kepribadian anak didik. Sebab kita tahu, pendidikan, selain berfungsi untuk mengasah kecerdasan intelektual, juga berfungsi untuk membentuk kepribadian anak didik yang berbudi pekerti luhur.Â
Hal tersebut jelas terkandung dalam konsep pendidikan karakter yang diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui Perguruan Taman Siswa yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara secara eksplisit menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup.Â
Nilai--nilai luhur dan budi pekerti juga harus senantiasa ditanamkan dalam diri setiap anak didik, seperti kejujuran, religiusitas, nilai--nilai demokrasi, toleransi, disiplin, kerja keras, semangat kebangsaan, nasionalisme, komunikatif, budaya literasi, tanggung jawab, jiwa sosial yang tinggi, serta cinta alam.Â
Ki Hadjar Dewantara, dalam konsep pendidikan karakternya juga menekankan bahwa pendidikan bukanlah peralihan imu pengetahuan (Transfer of Knowledge) semata, melainkan juga proses pentransformasian nilai (Transformation of Value). Artinya, anak didik tidak bisa hanya dicekoki pengetahuan saja tanpa memperdulikan perkembangan karakter anak didik. Tidak hanya otak anak didik saja yang harus dicerdaskan, tapi hatinya juga harus dicerdaskan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, dalam pendidikan karakter terdapat tiga pusat pendidikan yang memiliki peran fundamental dalam menentukan perkembangan dan pertumbuhan karakter seseorang. Tiga pusat pendidikan ini disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan yang terdiri dari pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan perguruan, serta pendidikan di lingkungan masyarakat. Di dalam tiga lingkungan inilah karakter seseorang akan terbentuk.Â
Kualitas lingkungan itu akan berperan besar dalam membentuk karakter seseorang. Apabila kualitas ketiga lingkungan itu baik, maka karakter yang terbentuk dalam diri seseorang juga niscaya akan baik. Sebaliknya, apabila kualitas lingkungan tersebut buruk, maka buruk pula karakter orang yang tinggal dalam lingkungan tersebut. Ketiga lingkungan tersebut harus memainkan perannya sebaik mungkin guna terciptanya manusia berbudi pekerti dengan tingkat intelektualitas yang mumpuni.
Melihat kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan kita dewasa ini, kita menyadari bahwa sistem pendidikan yang ada saat ini telah menyimpang dari nilai--nilai dan semangat yang terkandung dalam konsep pendidikan karakter ala Ki Hadjar Dewantara.Â
Pembenahan dalam sistem pendidikan ditekankan dengan tetap memperhatikan peran lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sebagai pusat pendidikan sebagaimana dijelaskan pada Tri Pusat Pendidikan. Apabila lingkungan keluarga dan masyarakat sudah membentuk dasar karakter yang baik dalam diri anak didik, maka tugas lingkungan perguruan, dalam hal ini sistem pendidikan, akan lebih mudah dalam mencerdaskan serta menanamkan nilai--nilai luhur dan budi pekerti dalam diri anak didik.Â
Artinya, pembenahan sistem pendidikan akan menjadi sesuatu yang sangat sulit, bahkan hampir mustahil apabila lingkungan keluarga dan masyarakat gagal untuk membentuk dasar karakter yang baik dalam diri anak didik. Ketiga lingkungan yang menjadi pusat pendidikan tersebut harus berjalan beriringan dan seimbang, tidak bisa timpang.
Pembenahan sistem selalu menjadi wacana yang menarik untuk direalisasikan, karena degradasi yang terjadi dalam dunia pendidikan kita saat ini tidak melulu mengenai bad or good people, melainkan juga berbicara tentang bad or good system.Â
Keseriusan pemerintah dalam mengangkat dan mengimplementasikan konsep pendidikan karakter dalam sistem pendidikan Indonesia, serta kesadaran seluruh lapisan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan menjadi faktor yang sangat menentukan bagi kemajuan pendidikan Indonesia.Â
Sekolah harus bertransformasi dari sekadar tempat mengasah intelektualitas menjadi tempat pengembangan karakter dan tempat menggali dan mengoptimalkan potensi terbesar setiap anak didik. Dengan demikian, sekolah dengan mengusung konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara secara utuh dapat menghasilkan generasi yang intelek dan berkarakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H