"...one of the most chaotic associations in the world."
Begitu penggambaran ESPN mengenai kisruh PSSI (Sumber: Indonesian Turmoil Nears An End). Menyedihkan sekali sepakbola Indonesia dibahas media olahraga ternama di dunia, namun dari sisi prestasi negatifnya. Liputan ESPN mengenai sepakbola Asia tanggal 11 Desember ini memang fokus membahas kisruh sepakbola nasional. Mulai Nurdin Halid hingga kematian Diego Mendieta dan rencana keputusan FIFA untuk memberi sanksi pada hari Jumat nanti.
"Not any longer. A FIFA ban for the country is set to be announced on Friday."
Opini yang berkembang mengenai sanksi FIFA sangat beragam, termasuk di antaranya yang setuju PSSI dibekukan statusnya; tentu dengan harapan hal tersebut akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Sanksi yang berujung prestasi pernah dialami oleh Garuda Indonesia. Tahun 2007-2009 maskapai kebanggaan Indonesia dilarang terbang di wilayah Uni Eropa akibat kecelakaan penerbangan yang memang marak terjadi di Indonesia. Namun pada akhirnya sanksi tersebut membuat Garuda Indonesia berbenah, dan berujung pada prestasi "The Best International Airline" oleh Roy Morgan. (Sumber:Â Garuda Kembali Meraih Penghargaan Dunia)
Tapi sanksi tentu merugikan. Sepakbola tidak semata permainan di lapangan hijau, ada banyak kepentingan publik yang menyertainya. Ini bukan sedang bicara politik. Ada uang yang berputar dalam bentuk bisnis sepakbola, dan ada prestasi (kebanggaaan) juga. Jika tujuan utama sepakbola hanya sebagai olahraga, maka seharusnya Liga Sepakbola Indonesia dibuat tanpa hadiah karena yang diincar hanya keringat (kesehatan) dan dihuni oleh pesepakbola amatir (tidak dibayar).
ESPN mengingatkan PSSI pernah 'dimanja' oleh FIFA. Ketika itu Nurdin Halid masih bisa mempertahankan kekuasaannya meski menjalani masa tahanan. Tentu hal tersebut berujung buruk, yang paling parah adalah korupsi yang merajalela. Pada akhirnya seleksi alam suporter sepakbola seluruh Indonesia yang turun tangan dan memaksa agar Nurdin lengser.
Kesalahan suporter pada saat itu adalah terlalu fokus pada Nurdin Halid: yang penting PSSI bersih dari antek Nurdin halid. Padahal mencari orang-orang yang layak mengisi kursi-kursi di PSSI jauh lebih sulit lagi. Karena kita tahu, kekuasaan bisa membuat orang jujur jadi egois. Seperti ditulis oleh ESPN, potensi kegagalan reformasi PSSI itu langsung terlihat dari terpecahnya suara suporter ketika pelatih timnas Alfred Riedl (yang disukai pemain & suporter) dipecat.
"It can't go on like this - two leagues, two national teams, fan violence, corruption, corruption and corruption"
Perpecahan sepakbola Indonesia adalah akibat korupsi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan untuk menghentikan pemberian dana APBD untuk klub-klub sepakbola karena berpotensi disalahgunakan tanpa ada pertanggungjawabannya. Ketika klub-klub itu mengaku kesulitan untuk mandiri sepenuhnya, muncul ide membentuk kompetisi baru yang diisi klub-klub baru (non-APBD). Tidak lama berselang, liga dan klub-klub baru ini yang diakui PSSI. Perpecahan pun terjadi, apalagi melihat Liga baru tersebut ternyata tidak sepenuhnya mandiri. Akhirnya ada dua liga, bahkan sampai ada dua timnas.
IPL menuding klub dan pemain ISL adalah pendukung budaya korupsi. Wacana berkembang hingga menyulut konspirasi: kekalahan Timnas 3-0 oleh Malaysia adalah akibat beberapa pemain disuap untuk mengalah. Kubu ISL menyerang balik dengan mengungkit kekalahan 10-0 dari Bahrain. Kekalahan tersebut memang sangat mencurigakan sebab Bahrain butuh kemenangan dengan selisih gol minimal 9 untuk lolos ke babak selanjutnya. Bahkan FIFA sampai turun langsung melakukan penyelidikan.
"...his death made the world aware of what is going on in Indonesia."
Efek dualisme sepakbola Indonesia membuat pengawasan terhadap kompetisi menjadi berkurang. Tiga suporter meninggal akibat keributan yang terjadi selepas pertandingan Persib vs Persija. "Saya tidak mau menuntut siapa-siapa. Saya cuma berharap semoga Rangga (salah satu suporter yang meninggal) adalah korban terakhir dari keributan sepakbola (Indonesia). Jangan sampai jatuh korban lagi, suporter yang jadi korban sudah banyak," ujar ayah dari Rangga.
Tapi doa orangtua Rangga belum terkabul. Beberapa waktu lalu seorang pesepakbola asing meninggal akibat sepakbola. Diego Mendieta, terpaksa menghembuskan nafas terakhirnya sendirian, jauh dari tanah kelahiran dan keluarganya. Penyakit Mendieta sebetulnya bisa ditangani oleh rumah sakit, tapi apa daya, Mendieta tidak punya uang. Gajinya selama 4 bulan belum dibayarkan oleh Persis Solo.
"The majority of fans have had enough of the corruption and the violence. They are sick too of hearing about potential in their country, and just want basic football freedoms such as an end to corruption, one league and one federation, things that fans in other countries take for granted."
Indonesia adalah jamrud khatulistiwa, tanam batu tumbuh emas. Kalimat-kalimat tersebut kini terasa memuakkan. Kita semua tahu bagaimana minyak dan emas kita bebas diangkut oleh negara asing dengan harga murah. Jumlah penduduk Indonesia yang ratusan juta jiwa juga seharusnya bisa jadi modal berharga ketimbang hanya digunakan sebagai komoditi ekspor ke negara tetangga, wilayah Cina juga Arab.
Kekayaan yang besar membutuhkan usaha yang ekstra besar untuk menjaganya, apalagi untuk memanfaatkannya dengan baik. Sepakbola sebagai olahraga paling populer di negeri ini juga sudah seharusnya diurus oleh orang yang benar-benar mampu. Diberi sanksi atau tidak, akan segera kita ketahui keputusannya sebentar lagi. Kita hanya bisa menunggu dan berhenti saling menyalahkan. Ada baiknya kita belajar dari sejarah, bangsa ini pernah hancur akibat diadu domba.
Jika sepakbola disebut sama seperti agama, ada baiknya kita juga berusaha saling menghargai sesama umat beragama. Ini bukan soal ajaran siapa yang paling benar karena masing-masing agama akan mengklaim demikian.
"Difference doesn't mean that one of us is wrong. It mean that there's a different kind of right." - Faith Jegede.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H