Mohon tunggu...
Pemilu Watch
Pemilu Watch Mohon Tunggu... -

Menulis dan mengupas kegelisahan tentang pemilihan ketua umum ILUNI FHUI. Tulisan bersifat opini dan personal.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Layakkah Caleg PDIP, Dafi Munir Memimpin Iluni FHUI?

23 November 2018   12:50 Diperbarui: 23 November 2018   13:27 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dafi munir, atau yang nama lengkapnya Achmad Khadafi Munir, adalah kandidat Ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan nomor urut tiga. Dengan visi "Rumah Sinergi", kandidat ini berharap untuk bisa bermanfaat bagi pengembangan almamater FHUI.

Ternyata tidak hanya sebagai calon ketua, dafi munir juga terdaftar sebagai Calon Legislatif dari partai petahana - PDI Perjuangan pada dapil madura dengan nomor urut 7. Daftar lengkap DPT ada disini: https://kpu.go.id/koleksigambar/DCT-3511_-_JAWA_TIMUR_XI_compress.pdf

dokpri
dokpri

Saya dengan keras berpendapat bahwa TIDAK PANTAS seorang caleg partai memimpin lembaga dengan marwah setinggi Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Berikut saya tuliskan alasannya.

Pertama, soal waktu.

Bagaimana dia bisa fokus mewakili daerah pemilihannya, sedangkan harus memimpin ribuan alumni fakultas hukum terbesar dan terbaik di Indonesia??

Apalagi tahun depan adalah tahun pemilihan, dimana caleg harus kerja keras turun ke lapangan dan berkampanye. Kapan ia punya waktu untuk mengurus organisasi di tahun pertama, apabila dia harus fokus memenangkan dirinya sendiri?

Daerah pemilihannya pun jauh. Di madura! Apakah ia bahkan punya waktu untuk sekadar mampir ke sekretariat dan bercengkrama dengan alumni yang sudah memilihnya menjadi pemimpin? 

Kedua, soal kepentingan

Betul. Pemilihan apapun adalah soal politik. Namun saya tidak setuju apabila kepentingan partai dibawa masuk dalam organisasi yang berkaitan dengan kampus - apalagi alumni!

Bagaimana ia bisa memisahkan kepentingan partainya, dengan kepentingan organisasi alumni itu sendiri? Apakah kita, sebagai alumni, yakin bahwa program yang dilaksanakan tidak dipolitisasi sesuai dengan kebutuhan kepentingan yang lebih besar?

Ketiga, soal keterwakilan

Apakah ia bisa menjadi pemimpin bagi alumni lain yang kebetulan tidak memilih partai yang sama dengan dirinya? Apakah ia akan tetap adil pada saya, misalnya, apabila saya tidak memilih partai tempat beliau bernaung sebagai caleg? Apakah saya masih akan tetap boleh ikut dalam program-program unggulannya, apabila saya terindikasi mendukung oposisi?

Saya sungguh kecewa secara personal, dan merasa tidak sreg dengan caleg masuk ke ILUNI FHUI. Semoga kandidat ini tidak terpilih dan tidak memimpin saya dalam menjalankan organisasi ILUNI FHUI. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun