Mohon tunggu...
pemikiranislam
pemikiranislam Mohon Tunggu... Wiraswasta - pemikiranislam

pemikiranislam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tasawuf Konvensional dan Modern: Implementasinya di Lembaga Pendidikan Islam

30 Januari 2022   16:45 Diperbarui: 30 Januari 2022   16:49 1979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasawuf memiliki berbagai definisi etimologis dan terminologis. Salah satunya adalah istilah “tasawuf” yang berasal dari kata Arab “shafa” yang berarti suci, merujuk pada ibadah atau penyembahan hamba yang suci hatinya dan bersih jiwanya sebagai akibat dari Tuhan Yang Maha Esa. 

Sedangkan dari segi terminologi, Abudin Nata mendefinisikan tasawuf sebagai upaya menyucikan jiwa/diri dengan menghindari urusan duniawi dan memusatkan perhatian semata-mata kepada Tuhan. Istilah tasawuf juga diartikan sebagai upaya “mempercantik” jiwa/diri melalui tingkah laku atau akhlak yang dipusatkan atau berpedoman pada ajaran Islam.

Tasawuf dibangun di atas sejumlah nilai. Muhyidin membahas konsep-konsep sufi tentang tauhid, fiqh, moral, kebenaran, dan kesucian, serta al-Qur'an dan as-Sunnah. Nilai tauhid merupakan sesuatu yang menjadi sumber dari nilai-nilai lain. 

Imam Ghazali berpendapat bahwa tauhid dipisahkan menjadi tiga bagian yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang harus diyakini dan dipraktikkan oleh para pengikutnya, yaitu nilai tauhid rububiyyah, nilai tauhid uluhiyah, dan nilai tauhid asma wa sifat. Dengan demikian, nilai-nilai tasawuf dan tauhid memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan.

Tasawuf adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan kesadaran murni dengan cara mempengaruhi jiwa secara tepat untuk melakukan berbagai latihan (riyadhah), baik fisik maupun mental dengan melakukan berbagai ibadah agar aspek uluhiyah dan spiritualnya mengungguli aspek duniawi (hawa nafsu).

Demikianlah sifat kritis tasawuf, yang sangat penting maknanya dan implementasinya dalam kelangsungan hidup manusia. Maka, tidak mengherankan bahwa tasawuf sangat dekat dengan masyarakat Islam, setelah dibarengi dengan pengamalan ajaran agama (syari’ah) dan pengabdiannya melalui ajaran tauhid serta fiqh (hukum syari’at Islam). Lalu, terjadilah interaksi yang sangat harmonis antara aqidah, syari'at, dan akhlak.


Pendekatan Tasawuf Murni dalam Pendidikan Islam

Sistem pendidikan akhir-akhir ini yang dikembangkan masih terfokus mengedepankan akademik dan kecerdasan otak semata, dengan sangat sedikit penekanan pada kecerdasan emosional dan spiritualnya, yang mengajarkan nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, keadilan, kebijaksanaan, prinsip amanah, pengendalian diri dan sinergitas. 

Akibat krisis dan kemerosotan di ranah moral dan sumber daya manusia tersebut, serta menyusutnya paradigma agamis, muncul militansi sempit atau penolakan terhadap pluralitas. Tasawuf mengembangkan hubungan yang harmonis antara IQ (intelektual), EQ (emosional), dan SQ (spiritual) yang menghasilkan perasaan dan mental sumber daya manusia yang luar biasa, baik secara horizontal maupun vertikal.

Banyak ahli telah membahas tujuan pendidikan, dan meskipun pandangan mereka berbeda, mereka semua sepakat pada satu hal: pendidikan adalah proses mendidik generasi untuk menjalankan kehidupan mereka dan mencapai tujuan hidup mereka dengan sukses dan efisien.

Mengingat pendidikan tasawuf tidak dapat dipisahkan dari pendidikan Islam, maka perlu dimulai dengan konsep pendidikan Islam. Sebagaimana dituturkan oleh Hasan Bin Ali Hasan al-Hijazy, Ibnu Qayyim berpendapat bahwa Tarbiyah (Pendidikan Islam) adalah upaya untuk membentuk, merawat, dan mengembangkan potensi manusia agar menjadi manusia yang bertaqwa yang mampu menjalankan amanah dan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi, yang Allah tuntut darinya adalah penghambaan dan rasa syukur, agar manusia bisa berjalan di muka bumi ini dan mengembangkan segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya untuk memakmurkan bumi yang merupakan tempat tinggal sementaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun