Benar, ada Maoisme, Guevaraisme, Trotskysme, bahkan Soekarnoisme (ingat, yang menggagas Soekarnoisme adalah tokoh besar PKI: Njoto)dan mereka sama sekali tak pernah melacur dari marxisme-leninisme, tidak seperti korut. Maoisme lahir sesuai dengan garis Lenin tentang penyesuaian Marxisme Asia. Guevara mencampurkan perjuangan gerilya rakyat-Agamais teologi pembebasan dalam menempuh cita-citanya yang bertaraf pembebasan internasional.
Begitupun dengan Soekarno. Dibuktikan dengan kalimat pembuka UUD (bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa!. Dan ingat cita-cita Soekarno dalam setiap pidatonya menjelang ia dijatuhkan: menuju sosialisme Indonesia (dalam ilmu marxis, sosialisme adalah fase terakhir sebelum mencapai masyarakat komunistis). Saya tak hendak mengatakan Soekarno komunis (jelas dia bukan komunis) tapi ingatlah, siapakah orang yang menyusun pidato2nya mulai dari pertengahan 60an itu? : Jawab: Njoto.
“Saya tidak tahu paham komunis apa yang Anda anut. Apakah Materialis-Dialektis Tan Malaka? Kalau iya terpaksa saya harus cari dulu buku lama saya itu. Namun jika Anda Marxist sejati, Anda mesti angkat jempol dan menaruh hormat pada kaum borjuis. Ini karena junjungan Anda pun demikian.”
Jawab: mungkin maksud Anda adalah Materialisme Dialektika Logika (MADILOG) Tan Malaka. Maaf, itu hanya sekedar filsafat individu dan rohani. Dalam teori politik, ekonomi, sosial, Tan Malaka adalah penganut marxisme sejati dan sabebagai seorang komunis, beliau setuju denga materialisme historis seperti yang ia jabarkan dalam BAB II buku tersebut. Jangan heran bila ia selalu menyanjung-nyanjung Semaun (ketua PKI pertama). Ia bermusuhan dengan PKI-Musso hanya karena masalah garis perlawanan yang ditetapkan oleh SOVIET, bukan soal marxisme-leninisme.
“Saya penganut komunisme apa?”
Jawab: Saya penganut filsafat MDH dalam marxisme, namun saya bukan seorang komunis. Terlalu mulia jika saya bisa seperti mereka.
“Saya setuju jika sejarah diluruskan. Diobrak-abrik lagi untuk mencari dan mengungkap fakta yang benar. Namun tanggalkan ideologi dalam melakukannya. Murni sains. Tidak hanya dari tahun 65 saja, tapi juga dari jamannya Ken Arok-Ken Dedes. Ini demi anak cucu kita agar mereka bisa mempelajari betapa bodohnya nenek moyang mereka.”
Jawab: Mungkin maksud Anda, ‘tanggalkan fanatisme dalam meneliti sejarah”. Apa uraian saya terlalu subjektif? Saya siap didebat soal sejarah dengan penggunaan data yang kredibel.
Komentar 5:
Mas Tengku Yth.
Sebenarnya saya tidak suka jawaban dalam beberapa komentar seperti ini. Lebih baik dibatasi dengan paragraf saja sehingga mudah dalam pembahasannya. Tidak tercerai-berai. Oke, nggak papa. Kita lanjutkan saja, mumpung saya masih ada waktu. Namun pembahasan mengenai Marx akan saya sampaikan juga di bahagian akhir.
Saya tidak berbicara dalam taraf ideologi atau dalam tataran filsafat. Sudah saya katakan bahwa otak saya tidak sanggup mencernanya. Jadi saya lebih suka membahasnya dalam tataran fakta riil saja. Partai komunis cenderung menjadi totaliter dan menutup diri, begitu ia meraih kekuasaan. Suatu negara dalam kekuasaan komunis akan cenderung menjadi fasis, sekalipun dalam statement-nya mereka menolak mentah-mentah fasisme.