Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Manuver dan Perangkap Politik

1 Agustus 2018   22:56 Diperbarui: 3 Agustus 2018   12:23 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menarik juga ulasan dari Asaaro Lahagu di web ini.

yaitu soal manuver dan perangkap elit politik negeri ini. Para elit pemimpin partai politik memang harus banyak taktik dan manuver, tidak boleh hanya diam, supaya tidak masuk perangkap lawan, dan juga usaha memancing lawan masuk kedalam perangkap sendiri sehingga bisa terjamin untuk muncul sebagai pemenang. Begitulah masih suasana perpolitikan nasional maupun internasional dalam tingkat perkembangan dunia sekarang.

Jokowi menang pada pilpres 2014 lalu. Perangkap-perangkapannya, taktik-taktik, strategi dan manuvernya sudah berlalu, pemenangnya sudah jadi presiden. Sekarang menjelang pilpres 2019, perangkap-perangkapan, taktik/strategi manuver-manuver baru mulai lagi. Siapa yang terperangkap akan kalah, sudah jelas kayaknya, karena waktunya sudah semakin dekat. Atau siapa yang bakal menang juga sudah lebih bisa diduga, yaitu petahana Jokowi, terutama kalau dilihat dari berbagai survey yang sudah keluar hari-hari terakhir.

Pihak Petahana Jokowi juga harus aktif tentunya menghadapi taktik/strategi lawan serta manuver-manuvernya yang sering berubah dan berganti menyesuaikan dengan situasi konkret didepan mata. Harus juga mempelajari proses berbagai kontradiksi dilapangan, terutama dengan melihat kejadian-kejadian yang tidak disangka-sangka dihadapan mata. 

Salah satu contohnya ialah tiba-tiba majunya Amien Rais jadi nyapres karena dapat inspirasi dari naiknya Mahatir Muhammad (92) jadi PM di Malaysia. Ini sajapun bisa memunculkan manuver-manuver baru dikalangan elit, terutama harus melihat dan menghitung perubahan dan pergeseran kekuatan politik yang ada dibawah pengaruh kekuatan individu Amien Rais, walaupun kekuatan ini terlihat kayaknya semakin kecil tak berarti.

Para elit ini sudah melihat dengan jelas bahwa cawapres kali ini sangat bisa menentukan menang kalah pertarungan pilpres, atau setidaknya banyak pengaruhnya. Dan yang lebih menarik lagi ialah siapa yang menentukan duluan, bisa jadi pedoman yang menguntungkan bagi pihak lawan. Wow . . . suatu fenomena yang sangat luar biasa yang pernah terjadi di negeri ini, karena belum pernah terjadi sebelumnya.

Petahana Jokowi sepertinya sudah siap menghadapi semua kemungkinan. Kalau dari segi agama ulama-ulamaan . . . sudah ada cawapresnya. Kalau dari segi ahli . . . juga sudah ada cawapresnya. Kalau dari segi militer . . . juga sudah siap. Tinggal menunggu capres/cawapres lawan. Sampai detik ini situasinya masih begitu, saling menanti, dan kita sendiri (publik) juga ikut menantikan kejadian selanjutnya dengan penuh harapan dan kesungguhan.

Lapol (lawan politik) Jokowi memang lebih banyak dilemanya. Prabowo dengan masa lalunya, dan punya problematik besar untuk menetapkan cawapresnya. Kalau salah pilih bisa mengakibatkan tidak ada partai lain yang mendukung. Tanpa dukungan partai lain, percuma nyapres, karena tidak memenuhi batas threshold kalau hanya sendirian (Gerindra saja).

SBY punya problem lain, putranya AHY belum bisa maju sendiri, sementara harus nebeng dulu. Ini betul juga memang, 'berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'. Harapan besar masih meluap-luap terutama dari sang ayah demi putra tercinta. Problemnya, nebeng siapa dan kemana, nebeng oposisi atau pemerintah. 

Anies punya problem dengan parpolnya artinya tidak punya parpol, tidak mungkin maju sendiri. PD/SBY bisa maju dengan menampilkan sang putra tercinta sebagai cawapres. 

Dan betul juga kayaknya kalau kombinasi Anies/AHY lebih menakutkan bagi petahana Jokowi. Ulasan AL (seword) masuk akal, taktik perangkap bisa dipakai disini, artinya supaya yang maju nyapres ialah Prabowo, karena statistik elektabilitasnya sudah dikenal, termasuk didalamnya kenegatifan masa lalunya. Prabowo/AHY sebagai lawan lebih 'ideal' he he . . walaupun barang di kali tetap masih terapung, masih bisa hanyut kemana saja.  

Dari segi internasional, lapol (lawan politik) Jokowi juga sudah semakin jelas bisa terlihat. Ini terutama kalau kita perhatikan dari usaha-usaha divide and conquer internasional selama ini, tujuan menjatuhkan pemerintahan nasionalis Jokowi. 

Bikin teror Thamrin misalnya, yang gagal total berkat kesiagaan dan kegigihan aparat keamanan pemerintahan Jokowi. Dan malah terorisme semakin tertelanjangi . . . 'made in USA' dan 'war on terrorism is a big lie' (prof Chossudovsky) karena tujuannya jelas menakut-nakuti dan memecah belah bangsa-bangsa lain dengan tujuan utama membangun NWO itu.

Terlihat jelas di seluruh dunia bahwa terorisme  semakin meredup, karena semakin tertelanjangi dihadapan publik dunia. Terorisme tidak ada lagi gunanya kalau publik dunia sudah mengetahui 'rahasia' dibelakangnya. 

Inilah jasa internet, dengan media independen seluruh dunia dan ratusan juta publik dunia ikut aktif partisipasi, mencari, menyiarkan, meluaskan  informasi dan pengetahuan yang sudah ratusan tahun ditutup ketat. Sekarang informasi dan pengetahuan dari semua untuk semua! Inilah musuh neolib/NWO yang sejati, penyakit yang tak terkalahkan dan tak terobati.

Rencana NWO is 'collapsing' kata Rothschild, walaupun ini baru ungkapan politik, artinya punya tujuan dan maksud tertentu juga dibelakangnya. Dari segi lain kegiatan brainwashing dan mind control ditingkatkan luar biasa, mulai dari kindergarten, ke anak sekolah terus ke tingkat perguruan tinggi. 

Kegiatan miring Hollywood ditingkatkan, mengaktifkan sex-child trafficking, narkoba, pornografi, kegiatan luar biasa LGBT, pedofil, feminism, multi-kulturalism anti kultur/nasional, propaganda anti-nasionalisme/populisme karena kudeta langsung untuk menjatuhkan pemerintahan nasionalis model pemerintahan Jokowi sudah sulit dijalankan seperti pada tahun 1965.  

Usaha divide and conquer lainnya terlihat jelas juga, seperti gerakan pecah belah tujuan makar 411, 212, ratusan ribu akun biaya tinggi Saracen, dan lebih menggiurkan usaha memecah belah TNI, POLRI, BIN, dengan isu '5000 senjata' ilegal Polri/BIN. Semua usaha divide and conquer ini berhasil diatasi atau berhasil ditumpas oleh aparat keamanan negara pemerintahan Jokowi.

Kombinasi gerakan internasional dengan gerakan pertarungan politik secara nasional, adalah kombinasi yang paling membahayakan kesatuan dan kekuatan nasional. Pengalaman Indonesia 1965 bukti yang nyata dan tidak akan terlupakan, terutama karena penderitaan rakyat yang sangat tinggi dan perampokan habis-habisan SDA negeri Indonesia. 

Kekuatan internasional neolib/NWO ini melihat dengan jelas sekarang apa yang bisa dimanfaatkan untuk merongrong dan menjatuhkan kekuasaan yang ada yaitu kekuatan nasional sejati pemerintahan Jokowi yang dengan tegas menjaga dan memperjuangkan kepentingan nasional rakyatnya, rakyat Indonesia.

Saling menjerat dan perangkap-perangkapan dikalangan elit politik pasti tidak akan dilewatkan begitu saja oleh kekuatan internasional tanpa memanfaatkannya. Karena itu kewaspadaan dikalangan elit yang cinta NKRI dan kewaspadaan dikalangan publik, harus selalu dijaga dan ditinggikan. Perangkap pecah belah yang berhasil ditunggangi kekuatan luar, itulah perangkap paling berbahaya. 

Perangkap ini sudah dipasang sejak revolusi Perancis. Perangkap divide and conquer ini paling jelas dan paling konkret bisa terlihat ialah setelah keluarnya Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Perangkap ini bermaksud memecah dunia jadi terbelah dua. Dan Indonesia secara konkret kejeblos kedalam perangkap itu pada tahun 1965, banyak rakyat mati dan SDA dikuras habis, triliunan dolar menguap tanpa bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun