Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Manuver dan Perangkap Politik

1 Agustus 2018   22:56 Diperbarui: 3 Agustus 2018   12:23 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari segi internasional, lapol (lawan politik) Jokowi juga sudah semakin jelas bisa terlihat. Ini terutama kalau kita perhatikan dari usaha-usaha divide and conquer internasional selama ini, tujuan menjatuhkan pemerintahan nasionalis Jokowi. 

Bikin teror Thamrin misalnya, yang gagal total berkat kesiagaan dan kegigihan aparat keamanan pemerintahan Jokowi. Dan malah terorisme semakin tertelanjangi . . . 'made in USA' dan 'war on terrorism is a big lie' (prof Chossudovsky) karena tujuannya jelas menakut-nakuti dan memecah belah bangsa-bangsa lain dengan tujuan utama membangun NWO itu.

Terlihat jelas di seluruh dunia bahwa terorisme  semakin meredup, karena semakin tertelanjangi dihadapan publik dunia. Terorisme tidak ada lagi gunanya kalau publik dunia sudah mengetahui 'rahasia' dibelakangnya. 

Inilah jasa internet, dengan media independen seluruh dunia dan ratusan juta publik dunia ikut aktif partisipasi, mencari, menyiarkan, meluaskan  informasi dan pengetahuan yang sudah ratusan tahun ditutup ketat. Sekarang informasi dan pengetahuan dari semua untuk semua! Inilah musuh neolib/NWO yang sejati, penyakit yang tak terkalahkan dan tak terobati.

Rencana NWO is 'collapsing' kata Rothschild, walaupun ini baru ungkapan politik, artinya punya tujuan dan maksud tertentu juga dibelakangnya. Dari segi lain kegiatan brainwashing dan mind control ditingkatkan luar biasa, mulai dari kindergarten, ke anak sekolah terus ke tingkat perguruan tinggi. 

Kegiatan miring Hollywood ditingkatkan, mengaktifkan sex-child trafficking, narkoba, pornografi, kegiatan luar biasa LGBT, pedofil, feminism, multi-kulturalism anti kultur/nasional, propaganda anti-nasionalisme/populisme karena kudeta langsung untuk menjatuhkan pemerintahan nasionalis model pemerintahan Jokowi sudah sulit dijalankan seperti pada tahun 1965.  

Usaha divide and conquer lainnya terlihat jelas juga, seperti gerakan pecah belah tujuan makar 411, 212, ratusan ribu akun biaya tinggi Saracen, dan lebih menggiurkan usaha memecah belah TNI, POLRI, BIN, dengan isu '5000 senjata' ilegal Polri/BIN. Semua usaha divide and conquer ini berhasil diatasi atau berhasil ditumpas oleh aparat keamanan negara pemerintahan Jokowi.

Kombinasi gerakan internasional dengan gerakan pertarungan politik secara nasional, adalah kombinasi yang paling membahayakan kesatuan dan kekuatan nasional. Pengalaman Indonesia 1965 bukti yang nyata dan tidak akan terlupakan, terutama karena penderitaan rakyat yang sangat tinggi dan perampokan habis-habisan SDA negeri Indonesia. 

Kekuatan internasional neolib/NWO ini melihat dengan jelas sekarang apa yang bisa dimanfaatkan untuk merongrong dan menjatuhkan kekuasaan yang ada yaitu kekuatan nasional sejati pemerintahan Jokowi yang dengan tegas menjaga dan memperjuangkan kepentingan nasional rakyatnya, rakyat Indonesia.

Saling menjerat dan perangkap-perangkapan dikalangan elit politik pasti tidak akan dilewatkan begitu saja oleh kekuatan internasional tanpa memanfaatkannya. Karena itu kewaspadaan dikalangan elit yang cinta NKRI dan kewaspadaan dikalangan publik, harus selalu dijaga dan ditinggikan. Perangkap pecah belah yang berhasil ditunggangi kekuatan luar, itulah perangkap paling berbahaya. 

Perangkap ini sudah dipasang sejak revolusi Perancis. Perangkap divide and conquer ini paling jelas dan paling konkret bisa terlihat ialah setelah keluarnya Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Perangkap ini bermaksud memecah dunia jadi terbelah dua. Dan Indonesia secara konkret kejeblos kedalam perangkap itu pada tahun 1965, banyak rakyat mati dan SDA dikuras habis, triliunan dolar menguap tanpa bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun