Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penipuan Marx dari Segi Teori

1 Juni 2018   19:58 Diperbarui: 3 Juni 2018   17:19 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dialektika Hegel 'tesis-antitesis-syntesis' adalah basis pemikiran dialektis Karl Marx maupun Engels. Kedua orang ini dan terutama Engels sangat menghargai tinggi Hegel dan dialektikanya. Tetapi . . . Marx menganggap dan mengatakan bahwa dialektika Hegel 'berdiri diatas kepalanya', 'standing on its head' katanya (bisa digoogle diberbagai website). Salah satu: https://faculty.washington.edu/wtalbott/phil332/trmarx.htm

Alasan tuduhan itu, atau titik tolak Marx yang terbuka ialah karena Hegel orang idealis,  mengutamakan pikiran (subjek) kemudian materi (objek). Marx sebaliknya seorang materialis, objek dulu, baru ide atau pikiran, karena itu kata Marx, dialektika Hegel harus dibalikkan dulu. 

Tetapi jelas bukan idealismenya itu alasan utama Marx mendiskreditkan teori dialektika Hegel 'berdiri diatas kepalanya'. Alasan sesungguhnya (dirahasiakan) ialah karena dialektika Hegel itu akan membelejeti teori antagonisme Marx soal kapitalisme. 

Dengan teori antagonisnya, Marx menyimpulkan bahwa kapitalisme harus lenyap atau akan lenyap dalam kaitannya dengan krisis ekonomi kapitalisme. Krisis ekonomi kapitalisme adalah inherent dalam kapitalisme, katanya, dan dimana krisis itu akan menuju 'revolutionary crisis', 'krisis revolutioner' yang mengakibatkan  terjadinya pengambilan alih hak milik kapital dengan istilah Marx sendiri 'The Expropriators are Expropriated', menuju diktator proletar. Apakah ini yang terjadi di dunia atau negeri komunis seperti Uni Soviet atau China atau lain-lainnya? Sama sekali tidak! Tidak ada kejadian begitu! Bahkan sampai sekarang, setelah 170 tahun berlalu sejak manifesto komunist 1848. Apakah dimasa depan masih bisa terjadi 'revolutionary crisis' itu? Pasti tidak akan terjadi untuk selama-lamanya. Bahkan rencana NWO sendiri is collapsing kata Rothschild baru-baru ini. 

Dan apa yang terjadi di negeri-negeri kapitalisme itu sendiri? Apakah 'expropriators are expropriated'? Tidak juga. Disini berlaku teori dialektika Hegel 100%, walaupun teorinya 'berdiri diatas kepalanya' menurut Marx. Dialektika Hegel 'tesis-antitesis-syntesis' berlaku dalam tiap kali krisis ekonomi kapitalisme itu. 

Dari segi dialektika Hegel (kontradiksi adalah tenaga penggerak perubahan dan perkembangan) maka tiap kali ada krisis kapitalisme, selalu ada pembaruan.  Pertentangan antara yang baru kontra yang lama, yang mengakibatkan terciptanya  alat-alat produksi baru, munculnya hasil produksi baru, organisasi yang baru dsb dsb, semuanya karena berlakunya tesis-antitesis-syntesis Hegel. 

Krisis itu sampai hari ini belum pernah menghasilkan 'krisis revolusioner' seperti diinginkan oleh Marx, dan yang akan bikin syarat terjadinya 'expropriators are expropriated'. Marx memaksakan teorinya berlaku, tetapi yang berlaku teori Hegel. Marx tidak berhasil memenuhi kehendak majikannya bikin diktator proletar menuju NWO. Sekiranya Marx bisa hidup lagi untuk melihat teorinya sudah ditelanjangi . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun