Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo dan Duit

21 Januari 2017   23:29 Diperbarui: 22 Januari 2017   01:07 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"We will seek friendship and goodwill with the nations of the world - but we do so with the understanding that it is the right of all nations to put their own interests first.

We do not seek to impose our way of life on anyone, but rather to let it shine as an example -- we will shine -- for everyone to follow."

Berlainan dengan politik the establishment AS selama ini, dalam diri nasionalist Trump tidak ada  pikiran agresi atau campur tangan ke negeri lain. Dia hanya  ingin jadi contoh dan bersinar!

Ketika Kennedy mau mencoba melawan kehendak the establishment, dia bernasib buruk tahun 1963. Sekarang Trump dengan terang-terangan melawan gerombolan  the establishment, berani memang, tetapi situasinya memang sudah banyak berubah dibandingkan tahun tahun 1963 Kennedy yang harus jadi korban, atau tahun 1965 Soekarno di Indonesia, yang harus mengorbankan 3 juta orang. Perubahan jaman tingkat sekarang memang memihak dan membernarkan Trump. 

Argumentasi lainnya yang bisa memenangkan Trump ialah adu pengetahuan dengan mengikutkan rakyat banyak soal kebenaran politik nasionalisnya itu, dan yang tidak mungkin dilaksanakan pada era lalu sebelum internet dan media sosial muncul. Cobalah perhatikan di Indonesia belakangan, 'adu pengetahuan' mencari kebenaran soal demo pecah belah atau demo makar 411 dan 212. Pengetahuan publik dan rakyat banyak meningkat drastis dalam diskusi/debat 411 dan 212, dan akhirnya penggerak dan pembiaya gerakan ini mundur teratur, walaupun mungkin untuk sementara mengingat sumber biaya tadi masih tinggi, dari luar maupun dari dalam negeri, terutama dari luar itu tentunya, karena seperti panglima TNI bilang, gerakan pecah belah datang dari luar, dari AS dan Australia menurut panglima. Dari segi logika 'internasionalisme' itu memang pasti betul begitulah adanya, karena sumber pembiayaan bukan hanya dari dalam negeri, terpenting dari luar itu yang duitnya tidak terbatas. Kita masih ingat 1965.

Dalam soal Trump ini kita akan bisa menyaksikan berapa kuat dan berapa lama demo anti Trump akan bertahan di AS. Kalau demo ini satu waktu berhenti, bukanlah karena kurang biaya, tetapi sebab lain, pertimbangan politis dari penciptanya, terutama karena diskusi atau debat argumentatif yang bisa meluas, semakin ilmiah  dan masuk akal bagi publik dunia, seperti di Indonesia itu, dengan internet dan medsos sebagai basisnya dan melibatkan jutaan orang. Kebenaran bisa tersiar luas, dan kebenaran kalau sudah tersebar luas kemana-mana, tidak mengenakkan bagi politik yang tidak benar. Buktinya pengacau 411 dan 212 di Indonesia itu.

Walaupun situasi di AS berlainan, terutama dalam hal 'way of thinking' orang Indonesia dengan orang Amerika, tetapi bukan tidak mungkin akan ada perubahan seperti di Indonesia juga (adu pengetahuan dan argumentasi), artinya kekalahan total dipihak pemecah belah pencipta demo tidak bisa disembunyikan lagi, sehingga demo berhenti, tetapi sekali lagi ini bisa bersifat sementara, karena proses hidup dan perpolitikan masih terus dan the establishment AS masih kuat, terutama duitnya.   

M U Ginting

Referensi: Guradian.com, cnn.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun