Mohon tunggu...
Fiksiana

Orang Sabu Penakluk Puting Beliung: Antara Legenda dan Sejarah

24 Februari 2016   07:32 Diperbarui: 24 Februari 2016   07:40 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Puting Beliung atau orang Raijua sebut Hedore. Secara ilmiah, terjadi karena suhu udara panas dan pergolakan arus udara naik turun dengan kecepatan tinggi yang bergerak acak secara vertikal dalam bentuk awan hitam pekat. Dampaknya memakan korban, material maupun jiwa makhluk hidup. Namun ada menarik dengan Suku di Raijua. puting beliung dijadikan seperti sahabat sendiri. suku dan atau tradisi di setiap wilayah memiliki pandangan tersendiri terhadap Puting Beliung. 

Kemunculan Hedore dipercayai oleh orang Raijua bahwa ia sedang lapar. Sehingga Orang Raijua selalu melakukan ritual atau memberikan persembahkan khusus seperti air gula, Kacang hijau dan Sorgum. 

Dipilihnya bahan-bahan tersebut, dilatar belakangi oleh awal mula Hedore muncul dan merusak hasil kebun yang sedang jemur di Dara Ma (ladang) di seputar Dai Widu. salah satu tempat terpencil di Desa Bolua Kecamatan Raijua, kabupaten Sarai. 

Hasil kebun seperti kacang hijau, sorgum, dan jagung luluh lantah di hantam puting beliung. Kejadian itu memancing kemarahan pemilik kebun. Rasanya ingin memutilasi puting beliung. Sang tetua mengejar dengan sebilah pedang dan menangkap.

Pertarungan sengit dimulai. Tetua adat atau kepala suku dari pemilik kebun berhasil memenangkan pertarungan. Kemudian memotong lidah Puting beliung dengan terlebih dahulu membuat perjanjian. Mengembalikan hasil kebun dalam keadaan semula. Bahwa tidak boleh datang nerusak kebun atau apapun miliki anak cucu (red. Keturunan Tetua yang membuat perjanjian) dan masyarakat di Raijua dan Sabu. Lidahnya di potong sebagai peringatan akan kejadian itu.

Kabarnya, lidah tersebut masih tersimpan dengan baik  di rumah adat. Pada saat tertentu dilakukan upacara adat dengan ritual-ritual, pemberian sesajian. Tempat penyimpanannya pun di keramatkan dan tidak sembarang orang di ijinkan untuk melihat.

Suatu ketika, dalam perjalanan dari Seba menuju Raijua dengan menggunakan penyebrangan KMK kapal Motor Kayu milik orang Raijua. Terjadi kemunculan Hedore di Selat Raijua antara tanjung Mehara dan tanjung Be Raijua. Menyaksikan langsung bagaimana cara juru mudi kapal memperlakukan puting Beliung. Dengan sigap mengambil air gula Sabu lalu percik ke arah datang puting beliung. Seketika itu pula langsung menghilang.

Peristiwa ini membawa saya, antara cerita sejarah atau legenda tentang puting beliung. Entahlah suatu kebetulan atau mungkin ada kaitannya.  cerita antara cerita puting Beliung dan kepercayaan suku di Pulau Raijua bukanlah cerita sembarang. Orang Raijua percaya akan cerita ini.

Hingga saat ini masyarakat Raijua masih merawat legenda ini dengan baik. Harapan kita semua, cerita itu dapat di ceritakan dan dikenang hingga kekal. Semua itu tentunya terwujud apabila pohon tuak terpelihara dengan baik. Kini, populasi pohon di Sabu Raijua semakin menurun bahkan terancam punah. Belum ada data resmi yang menyatakan keberadaan populasi pohon tuak di Sabu.  Namun pada kenyataan populasinya sudah menurun.

Masyarakat Kabupaten Sabu Raijua menganggap pohon tuak sebagai potensi daerah dan sektor penyokong. Sehingga icon Sabu Raijua adalah pohon tuak yang terpampang dalam logo Kabupaten. Keberadaan pohon tuak yang semakin menurun memungkinkan logo Kabupaten Sarai di gantikan dengan lambang lain. Hal itu mungkin saja terjadi tetapi pohon lain tidak mungkin dapat menghasilkan air gula untuk meneruskan kesaktian Due sebagai penghalau puting beliung. 

Kita semua punya tanggungjwab akan keberlanjutan cerita sejarah atau legenda ini, keberadaan pohon tuak yang populasinya semakin menurun. Harus segera di selamatkan yakni dengan gerakan menanam, tanam dan tanam. Dengan begitu Kita telah merawat legenda ini. Mendukung gerakan nasional tanam satu milyar pohon, mendukung mencegahnya pemanasan global yang kian mengkhawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun