Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negara Lain Belajar Kedamaian di Indonesia, Aneh Ada Oknum Belajar Peperangan

3 Juni 2020   16:02 Diperbarui: 3 Juni 2020   16:00 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teroris harus dihancurkan. (tangerangtribun.com)

Gotong-royong itu sudah menjadi ciri penduduk Indonesia. Di seluruh wilayah Indonesia, semangat kebersamaan selalu ada. Untuk kepentingan umum, semua penduduk Indonesia bisa menjadi saudara. Kondisi seperti itu, sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia.

Bangsa lain pun merasa aneh, penduduk Indonesia yang multi etnis bisa hidup berdampingan. Tidak terjadi gesekan walau dalam perbedaan. Semua bisa saling menghormati. Ada rasa toleransi yang tinggi, hingga semua masalah bisa diatasi.

Padahal, dalam budaya gotong-royong itu, landasannya dengan berbagai perbedaan. Mulai dari berbeda status sosial, asal usul daerah, hingga kepercayaan dan agama yang berlainan. Satu hal yang mungkin dilupakan bangsa lain, bahwa penduduk Indonesia dalam jiwanya sudah tertanam semangat Bhineka Tunggal Ika.

Merupakan yang hal lazim dalam perayaan hari-hari besar keagamaan, masing-masing pemeluk agama saling bantu. Umat Muslim yang menjadi mayoritas sangat melindungi pemeluk agama lain, dalam menjalankan ibadahnya. Demikian juga umat agama lain, sering membantu kehidupan umat Muslim.

Toleransi kehidupan itu tidak sebatas lintas agama. Pembauran antarsuku yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia, sudah terjalin sejak lama. Warga dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua, bisa hidup bahagia di Pulau Jawa. Sebaliknya warga dari Pulau Jawa, banyak tersebar dan meraih sukses di sejumlah pulau.

Semangat saling bantu dan merasa punya kesamaan dalam membangun kedamaian di Indonesia, diperkuat dengan lahirnya Sumpah Pemuda. Dampak dari Sumpah Pemuda sangat kuat, tanpa menghilangkan asal-asul perbedaan namun muncul kesamaan dalam pengakuan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

Perbedaan jadi kekayaan

Satu kesamaan yang tertanam pada warga negara Indonesia itu yang membuat kehidupan menjadi damai. Tidak terusik oleh rongrongan atau pengaruh pihak luar yang ingin merusak tatanan yang sudah terbentuk. Sebaliknya, banyak negara ingin belajar, bagaimana ada kedamaian di Bumi Pertiwi ini, padahal banyak perbedaan yang dimiliki.

Perbedaan adat istiadat, bahasa, karakter, hingga tradisi, justru dijadikan kekayaan Indonesia. Tidak ada pembersihan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di setiap wilayah. Semuanya dilestarikan. Bali yang kental dengan tradisi Hindu, tetap menjadi tarik. Suku Dayak menjadi bagian yang indah di Kalimantan. Demikian juga dengan kehidupan suku Asmat yang tetap terjamin di Papua.

Tidak ada gesekan dan bentrokan. Itu sebabnya banyak negara termasuk dari Timur Tengah ingin belajar, bagaimana Indonesia mengelola kebhinekaan menjadi sebuah kedamaian. Seperti diketahui, beberapa negara Timur Tengah selalu bergejolak. Padahal keberadaan suku di sana, tidak sebanyak yang dimiliki Indonesia.

Tapi sangat disayangkan, saat sejumlah negara asing mempelajari kedamaian dalam kebhinekaan di Indonesia, justru segelintir orang Indonesia inginbelajar peperangan ke Timur Tengah. Entah atas nama apa dan dorongan apa yang membuat sejumlah orang nekat, misalnya jadi teroris.

Miris melihatnya jika ada suami istri, bahkan membawa anak mereka meninggalkan kedamaian di Indonesia hanya untuk belajar peperangan di Timur Tengah. Kok ada ya yang mau menggadaikan kehidupan yang tenang untuk mimpi-mimpi yang belum jelas.

Oknum-oknum semacam itu sudah tidak bisa ditolerir lagi. Perlu ada pencegahan dini dari segala lini, agar niatan belajar peperangan tidak terjadi. Mereka akan menjadi duri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.

Jalan pikiran mereka harus kembali diluruskan. Bahwasannya kehidupan di Indonesia sangat menghargai perbedaan. Dari dinamika perbedaan itu justru lahir keindahan dan kedamaian. Kita sendiri harus membentengi diri atau waspada terhadap oknum-oknum yang akan mengadu domba. Jangan sampai kita berada dalam perpecahan, tapi di sana ada yang tersenyum dalam kegembiraan. (Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun