Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Minum Cap Tikus, Pengunjung Jadi Pandai Menari

3 Juni 2020   04:03 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:37 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung dan warga setempat bergembira menari bersama di rumah adat Sasadu. (foto: dok. pribadi)

Perjalanan dari Jakarta menuju Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara cukup melelahkan. Wisatawan yang akan berkunjung ke Halmahera Barat harus menggunakan pesawat dari Jakarta ke Makassar. Kemudian ganti pesawat tujuan Ternate.

Tiba di Ternane, perjalanan ke Halmahera Barat lebih menegangkan. Tidak ada transportasi udara, satu-satunya jalan harus melintasi laut. Warga Ternate sudah terbiasa menggunakan speed boat (kapal cepat) ke Halmahera Barat. Rombongan kami akhirnya mendatangi Pelabuhan Dufa Dufa untuk mendapatkan speed boat dengan tujuan Teluk Jailolo Halmahera Barat.

Rute Ternate-Teluk Jailolo merupakan laut dalam dengan ombak yang cukup besar. Karena speed boat dipacu dengan kecepatan tinggi, beberapa penumpang sering terombang-ambing. Bagi warga setempat mungkin hal itu sudah biasa. Namun anggota rombangan kami merasa kaget. Bahkan ada satu anggota rombongan mukanya membentur badan speed boat, hingga pelipisnya berdarah.

Benar-benar pengalaman yang menakutkan. Perut serasa mual, karena speed boat naik turun menghantam ombak. Beberapa penumpang yang seperjalanan dengan kami, bercerita kalau lagi beruntung, di lintasan laut Ternate-Teluk Jailolo bisa bertemu dengan kawanan lumba-lumba.

Akhirnya sampai juga di Teluk Jailolo dengan selamat. Di sana bisa menikmati keindahan Teluk Jailolo, yang perairannya lebih tenang. Cukup terkenal keindahan Teluk Jailolo, hingga grup musik sekelas Band Noah tertarik untuk manggung dan tercatat sebagai band pertama pentas di atas air laut.

Kunjungan kami berlanjut ke rumah adat Halmahera Barat yang disebut Sasadu. Di tempat tersebut tampaknya disiapkan acara penyambutan. Warga setempat memang terbiasa kalau ada tamu melakukan pesta penyambutan di rumah adat Sasadu.

Yang bikin kaget, terutama bagi saya, bukan masalah meriahnya penyambutan yang dilakukan warga. Namun suguhan pembukanya, yang membuat saya berpikir bagaimana cara menolaknya. Ya, setiap pengunjung yang datang dan hendak masuk ke rumah adat Sasadu, disuguhi sejenis minuman yang baunya cukup menyengat.

Warga setempat menyebut minuman penyambutan itu sebagai Cap Tikus. Sejenis minuman tradisional dan masuk kategori minuman keras. Walau begitu, minuman tersebut dijadikan sebagai lambang persahabatan. Jadi tidak ada alasan bagi pengunjung untuk menolak suguhan minuman itu. Menolak bisa berarti tidak mau bersahabat.

Wisatawan harus menggunakan speed boat untuk berkunjung ke Halmahera Barat. (foto: dok. pribadi)
Wisatawan harus menggunakan speed boat untuk berkunjung ke Halmahera Barat. (foto: dok. pribadi)
Tampilan fisik minuman Cap Tikus seperti air mineral biasa. Warnanya bening namun pas diminum ada rasa pahit. Tenggorokan rasanya seperti terbakar. Jujur agak pening juga. Namun dengan menenggak minuman Cap Tikus ada kaitannya juga dengan acara berikutnya.

Setelah disuguhi minuman penyambutan itu, pengunjung diajak menari bersama dengan warga setempat. Entah karena pengaruh minuman itu, atau bagaimana, para pengunjung seakan tidak malu-malu lagi mengikuti alunan musik tradisional dan ikut menari bersama warga setempat.

Tua muda, lelaki perempuan, semua bergembira dengan gerakan yang diajarkan oleh warga setempat. Saya juga menikmati berjoget-joget, seolah penari profesional, walau gerakannya tidak jelas, juga kadang terhuyung-huyung.

Acara penyambutan berikutnya yang dilakukan warga setempat, tentu saja sangat menyenangkan. Apalagi kalau bukan acara makan-makan. Banyak makanan yang tersedia di meja yang bentuknya memanjang. Demikian juga dengan tempat duduknya mengikuti alur meja.

Aneka makanan tradisional tersedia di sana. Selain makanan berat, dihidangkan pula cemilan. Makan favorit yang menjadi andalan warga setempat untuk disuguhkan kepada tamu, yakni nasi bakar yang menggunakan bambu. Sementara lauknya berbagai jenis ikan yang diolah dengan bumbu khas Indonesia timur.

Usai kenyang makan dan rasa pening hilang, rasanya jadi malas untuk keluar dari rumah adat Sasadu itu. Senang sekali bisa berkumpul dengan warga setempat dalam kegembiraan. Kalau musik dimainkan, mungkin rasanya saya ingin menari lagi.

Oh Halmahera Barat, ada kenangan yang tak terlupakan di sana. (Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun