Ada nasihat unik atau bisa dibilang nyeleneh bagi pengendara motor yang sering keluar malam hari di Kota Bandung. Nasihat yang tida tertulis dan hanya berlaku dari mulut ke mulut itu menyebutkan, kalau pengendara motor masih  berada di jalanan di atas pukul 24.00 dan mendapati lampu merah di perempatan, jangan berhenti. Lebih baik lihat kakan kiri dan lanjutkan perjalanan.
Saya termasuk yang mendapat nasihat semacam itu. Ketika pindah tugas dari Cirebon ke Bandung, saya sering mendapat giliran kerja pulang malam. Minimal pulang kerja dari kantor pukul 23.00. Kadang lebih dari itu. Maka, teman-teman sekantor pun mengingatkan saya, sebagai orang baru di Bandung, harus tahu, jangan berhenti di perempatan walau lampu menyala merah.
Semula saya pikir itu cuma bahan candaan. Karena pada kenyataannya menerobos lampu merah itu sudah banyak dilakukan banyak orang. Jadi bukan merupakan suatu nasihat. Melainkan perilaku buruk pengendara motor yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain.
"Ingat ya, kalau pulang malam, jangan suka berhenti di perempatan. Usahakan kalau sampai di perempatan dapat lampu hijau. Atau kalau melihat lampu sudah menyala merah dari kejauhan, atur kecepatan motor, biar sampai di perempatan dapat lampu hijau. Kalaupun lupa mengatur kecepatan, terus lampu tetap merah, sudah jalan saja," ujar seorang rekan kantor.
Saya mendapat nasihat itu pada akhir tahun 2004. Karena menganggap itu suatu candaan, maka saya mengabaikannya. Untungnya lagi, saya jarang mendapatkan lampu merah jika melewati perempatan. Jadi belum mendapat efek, kalaupun saya melanggar nasihat dari teman-teman.
Cuma dalam perjalanan, saya suka berpikir, kok kerja begini amat ya. Siang lebih banyak tidur, sore ke kantor, pulang ke rumah malam hari. Orang-orang sudah istirahat dan tidur malam, saya masih kerja. Giliran saya di rumah, para tetangga berangkat ke kantor.
Jadi agak sulit bersosialisasi. Waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan tetangga frekuensinya sangat sedikit. Para tetangga juga suka binggung melihat saya pulang malam kadang dini hari.
Namun di sisi lain juga saya merasa beruntung. Jika dalam perjalanan pulang dari kantor, melihat masih ada tukang nasi goreng keliling. Tukang sekoteng mendorong gerobak. Ada juga tukang tambal ban yang buka 24 jam. Mereka malah menjadikan malam hari untuk mencari nafkah. Di situlah saya merasa beruntung. Bisa dibayangkan kalau saya di posisi mereka.
Kembali kepada nasihat teman-teman kantor, yang menyarankan jangan berhenti saat lampu merah di perempatan, sekali waktu saya penasaran menanyakan apa maksudnya. Bukannya jawaban yang didapat, mereka malah senyam-senyum. Tapi saya menangkap, teman-teman memberikan sinyal kalau berhenti di perempatan saat lampu merah sangat berbahaya.
Mulai saat itu saya mulai berhati-hati. Selalu waspada jika melewati lampu merah. Saya juga pernah membaca berita, ada seorang wanita mengendarai mobil jadi korban perampokan di lampu merah Jalan Soekarno Hatta - Jalan Kiaracondong. Korban waktu itu berhenti saat lampu merah, kemudian didatangi kawanan perampok. Korban yang tidak berdaya akhirnya dibawa berikut mobilnya ke arah jalan Tol Purbaleunyi.
Wah seram juga pikir saya. Tindak kriminal di lampu merah cukup menakutkan. Dari kejadian perampokan itu saya mulai khawatir kalau pulang malam. Selalu diusahakan mendapat lampu hijau kalau melewati perempatan. Entah mengapa, sekali waktu saya seperti lupa, untuk mengatur laju motor. Sehingga di perempatan mendapati lampu merah dan berhenti.
Mendapat ancaman
Yang lebih menganggetkan lagi, ketika saya sedang melamun menunggu lampu hijau menyala, tiba-tiba ada seseorang yang naik di bagian belakang jok motor saya. Asli saya dibuat setengah mati. Saya sudah berpikir, jangan-jangan saya jadi korban tindak kriminal.
Orang yang duduk di jok bagian belakang motor saya itu, langsung mendekap saya begitu kencang dari arah belakang. Dekapannya kencang sekali. Saya pun mencium bau parfum yang begitu menyengat. Setelah kekagetan hilang, saya berusaha untuk tenang menghadapi apa terjadi.
Orang yang mendekap saya dari arah belakang itu lantas berbisik. "Saya minta uang. Kalau kamu tidak memberi, saya tidak mau turun dari motor," katanya dengan nada mengancam.
Olala. Ini rupanya nasihat dari teman-teman kantor. Bahaya ini bisa mengancam semua pengendara motor. Ternyata orang yang mendekap saya dari arah belakang, merupakan seorang banci yang sering terlihat berkeliaran malam hari. Entah mengapa mereka jadi bertindak seperti preman. Mengancam pengendara motor agar memberikan uang.
Untungnya saya mulai tenang. Kemudian bisa menguasai keadaan. Dengan suara yang dimanja-manjakan, saya membalas ancaman banci itu dengan berkata, "Oke sayaaaaang, saya akan kasih uang plus tips jika bisa memberikan pelayanan memuaskan di Kantor Polsek."
Seketika banci itu loncat dari motor saya. Dia lari dengan gaya kemayu. Mendekati kawanannya di sudut jalan. Terdengar oleh saya suara teriakan.
"Anjiiiiiiing, si bapa eta mah pulusi (anjing bapak itu sih seorang polisi)...."
Saya lega lolos dari tindak kriminal. Saya tersenyum dalam hati. Bisa juga ngerjain banci pelaku kejahatan.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H