Mi instan merupakan salah satu jenis makanan yang bisa diterima semua kalangan. Anak kecil doyan mi instan. Orang dewasa juga bisa menerima mi instan. Makanan itu masuk bagi Laki-laki dan perempuan. Mulai dari buruh serabutan sampai manajer bisa mengangguk soal mi instan. Apalagi mahasiswa dan anak kosan, mungkin mi instan jadi makanan utama.
Mi instan juga jadi makanan yang paling praktis mengganti nasi. Banyak yang mengganti makan nasi dengan mi instan. Indikatornya, mulai dari pedagang kelas warungan di pinggir jalan hingga pengelola kafe, menyediakan menu utamanya mi instan. Untuk menarik pembeli, tinggal menunggu kreativitas pembuatan toping saja.
Di kelas warungan pinggir jalan, toping cukup pada penambahan telor atau cabai rawit. Nah di kelas kafe bisa macam-macam. Ada yang ditambahkan bakso, irisan daging, sampai penaburan keju.
Jadi, bagi produsen mi instan, tidak melakukan promosi lagi lewat iklan, sebenarnya tidak masalah. Produk mi instan di Indonesia sangat laku. Penggemarnya pun tidak bisa dihitung lagi. Bahkan masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri pun, tidak bisa melepaskan kebiasaan mengonsumsi mi instan.
Namun, produsen mi instan punya pertimbangan lain. Mereka tetap ingin brandnya mudah diingat konsumen. Masing-masing produsen mi instan pun berlomba membuat iklan semenarik mungkin. Tidak hanya menyampaikan promo harga dan rasa terbaru. Tapi produsen juga, seperti memiliki tanggung jawab terhadap hal-hal yang berbau pesan moral.
Untuk menyampaikan pesan moral banyak yang perlu disiapkan produsen mi instan. Pertama pastinya menyediakan anggaran. Kedua mencari tim kreator agar pesan yang disampai bisa diterima, namun nilai promosi produk juga tidak hilang. Terakhir yang perlu diperhatikan adalah menunggu momen yang yang pas.
Seperti pada Bulan Ramadan, itu bisa jadi waktu yang pas untuk mempromosikan produk sekaligus berpartisipasi menyampaikan pesan moral. Termasuk produsen mi instan, berlomba memasang iklan, dengan tema yang dikaitkan ibadah puasa, kepedulian sosial dan tahun ini dikaitkan dengan masalah wabah virus corona.
Di sinilah tim kreator memegang peranan penting. Apakah misi pesan moral yang disampaikan produsen mi instan sampai ke masyarakat. Kalau pesan itu akhirnya gampang diingat masyarakat, otomatis "rating" ketertarikan masyarakat akan produk mi instan yang bersangkutan semakin meningkat.
Melihat salah satu iklan produk mi instan pada Bulan Ramadan tahun ini, saya tidak hanya terkesan. Tapi saya melihat tim kreator mereka begitu cerdik, sehingga iklan yang ditayangkan jadi pembicaraan masyarakat luas. Itu artinya mereka sukses, menyampaikan pesan moral, sekaligus promosinya mengena.
Bayangkan saja, produk mi instan tersebut sekarang jadi diburu para penggemarnya. Para penggemarnya kini seperti berlomba-lomba untuk mendapatkan kemasan terbaru, produk mi instan tersebut yang tidak menampilkan secuil pun gambar mi.
Membaca percakapan di dunia maya, masing-masing penggemar mi instan yang bersangkutan, ramainya luar biasa. Ada yang melaporkan sudah mendapatkan mi instan dengan kemasan tanpa gambar mi. Yang lainnya kecewa belum mendapatkan. Ada yang bertanya harus membeli di toko apa dan daerah mana.
Saya secara pribadi sangat terkesan dengan iklan ini. Mereka tetap berpromosi namun secara santun menghormati tibanya Bulan Ramadan. Untuk mendukung masyarakat yang menjalankan ibadah puasa, mereka tidak menampilkan gambar yang biasanya selalu menggoda selera di kemasannya.
Pada frame yang sama, penampilan visual iklan mi yang bersangkutan pun sangat cerdas. Di awal iklan, sang model mengingatkan ini memang lagi Bulan Ramadan yang harusnya puasa, jadi tidak ditampilkan gambar mi. Mulai dari memasak di kompor sampai penyajian, visual mi tidak ada. Baru di akhir iklan yang menandakan sudah waktunya berbuka puasa dimunculkan visual produk mi yang bersangkutan.
Tim kreator mereka juga menyisipkan, pesan terkait antisipasi penyebaran virus corona. Dengan kalimat dari sang model yang mengucapkan semua aktivitas yang baik bisa dilakukan dari rumah saja. Sungguh saya terkesan dengan iklan mi instan ini yang dikaitakan dengan ibadah puasa dan stay at home. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H