Jalan-jalan sambil menunggu waktu Magrib (ngabuburit), asyik juga kalau berkunjung ke kebun binatang. Apalagi sambil bawa anak-anak. Keriangan anak-anak di sana, akan melupakan rasa lapar dan haus saat menjalani ibadah puasa.
Cuma Ramadan tahun ini tampaknya tidak bisa ngabuburit ke kebun binatang. Semenjak virus corona melanda Indonesia, sejumlah pengelola kebun binatang, tidak lagi menerima kunjungan wisatawan. Termasuk Kebun Binatang Kota Bandung yang berlokasi di Lebak Siliwangi Kecamatan Coblong, terpaksa tutup sementara untuk menghindari terjadinya keramaian massa.
Keruan saja, banyak warga Bandung dan sekitarnya kecewa. Mereka kecewa tidak bisa melihat aneka satwa dari dekat. Tahun-tahun sebelumnya, banyak keluarga ngabuburit membawa anak-anak dengan bermain ke kebun binatang. Apalagi Kebun Binatang Bandung setelah ada penataan baru, tidak melulu menawarkan sejumlah binatang di kandang, tapi juga taman-taman yang indah serta wahana permainan yang menarik serta menyenangkan anak-anak.
Rasa kecewa sebenarnya tidak hanya ada pada masyarakat yang ingin berkunjung ke kebun binatang. Pengelola kebun binatang pun tidak berdaya dihadapkan dengan situasi dan kondisi sekarang. Saat ada larangan menerima pengunjung, biaya operasional tetap harus mereka keluarkan.
Minimal biaya untuk memberi makan binatang di sana, tidak bisa ditahan-tahan. Tidak mengeluarkan biaya pakan binatang, urusannya bisa fatal. Binatang akan kelaparan dan terancam mati. Sementara pendapatan praktis tidak mereka miliki, karena tidak ada pemasukan dari pengunjung.
Krisis pemasukan ini, membuat sejumlah pengelola kebun binatang seperti di ujung tanduk. Keberadaan mereka untuk bertahan dalam hal memberi makan binatang tinggal satu bulan lagi. Hasil susrverl Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia (PKBSI), sebanyak 92,11 persen pengelola kebun binatang bakal menyerah untuk memberi makan satwa-satwa yang ada.
Kalau pun ada yang mampu bertahan, hingga tiga bulan ke depan, jumlahnya tidak lebih dari 5,26 persen. Sedangkan kebun binatang yang mampu memberikan makan satwwa peliharaannya lebih dari tiga bulan, tersisa 2,63 persen. Kondisi ini sangat mencemaskan, karena hampir 90 persen kebun binatang di Indonesia tidak bisa lagi memberi makan satwa-satwa yang ada.
Untuk bisa bertahan, pengelola kebun binatang harus cerdik dalam mengalokasikan anggaran pakan satwa. Sebab kebutuhan pakan satwa merupakan hal yang wajib, agar binatang bisa bertahan dan terjaga kesehatannya.
Penyesuaian pakan
Sulhan Syafi'i dari bagian Humas dan Promosi PKBSI menyebutkan, hampir seluruh manajemen kebun binatang melakukan penyesuaian terhadap manajemen pakan satwa. Mulai dari substitusi, pengurangan porsi hingga pendekatan manajemen pakan lainnya. Tentu tetap bedasarkan pada etika hewan maupun kesehatan dan kesejahteraan satwa.
Persoalan lain, tidak sebatas pada anggaran pakan satwa yang semakin tipis. Kalaupun pengelola kebun binatang masih mampu mencari bantuan anggaran, belum tentu mendapatkan pakan satwa. Sebab, ada jenis-jenis binatang yang memerlukan pakan khusus. Di sisi lain, pemasok makanan khusus tersebut tidak lagi beroperasi akibat mewabahnya virus corona.
Dampak virus corona memang memberikan pukulan telak terhadap objek wisata kebun binatang. Satwa terancam kelaparan. Ada yang lebih fatal lagi, jika satwa yang kelaparan jatuh sakit, pengelola kebun binatang bingung mencari biaya obat-obatan. Belum lagi pengelola kebun binatang harus memikirkan gaji karyawan yang tetap harus memelihara satwa-satwa yang ada.
Menurut Sulhan Syafi'i, saat ini total satwa yang menjadi koleksi seluruh KB anggota PKBSI sebanyak 4,912 jenis satwa endemik maupun satwa dari berbagai belahan dunia. Terdiri dari jenis karnivora, herbivora, reptilia, unggas, dan jenis lainnya. Â
Dari jumlah tersebut, ada beberapa satwa yang menjadi ikon binatang asli Indonesia. Di antaranya, Anoa, Harimau Sumatera, tapir, dan Orang Utan Sumatera. Jumlah populasi total satwa di seluruh kebun binatang, sekitar70,000 ekor. Secara legalitas, seluruh satwa dimaksud adalah asset negara yang bukan hanya wajib dilestarikan. Namun juga dijaga kesejahteraannya.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H