Persoalan lain, tidak sebatas pada anggaran pakan satwa yang semakin tipis. Kalaupun pengelola kebun binatang masih mampu mencari bantuan anggaran, belum tentu mendapatkan pakan satwa. Sebab, ada jenis-jenis binatang yang memerlukan pakan khusus. Di sisi lain, pemasok makanan khusus tersebut tidak lagi beroperasi akibat mewabahnya virus corona.
Dampak virus corona memang memberikan pukulan telak terhadap objek wisata kebun binatang. Satwa terancam kelaparan. Ada yang lebih fatal lagi, jika satwa yang kelaparan jatuh sakit, pengelola kebun binatang bingung mencari biaya obat-obatan. Belum lagi pengelola kebun binatang harus memikirkan gaji karyawan yang tetap harus memelihara satwa-satwa yang ada.
Menurut Sulhan Syafi'i, saat ini total satwa yang menjadi koleksi seluruh KB anggota PKBSI sebanyak 4,912 jenis satwa endemik maupun satwa dari berbagai belahan dunia. Terdiri dari jenis karnivora, herbivora, reptilia, unggas, dan jenis lainnya. Â
Dari jumlah tersebut, ada beberapa satwa yang menjadi ikon binatang asli Indonesia. Di antaranya, Anoa, Harimau Sumatera, tapir, dan Orang Utan Sumatera. Jumlah populasi total satwa di seluruh kebun binatang, sekitar70,000 ekor. Secara legalitas, seluruh satwa dimaksud adalah asset negara yang bukan hanya wajib dilestarikan. Namun juga dijaga kesejahteraannya.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H