"Serem juga ceritanya. Ternyata perahu kita berada di atas kuburan. Kenapa juga Mang Adang harus menceritakan ini. Perjalanan asyik ini jadinya terganggu," bisik-bisik Ibu Santi kepada suaminya, Iwan.
Owh ya, rombongan kita dari Bandung tiba di Waduk Jatigede, sebenarnya salah masuk pintu utama. Waduk Jatigede bisa dikunjungi dari beberapa titik lokasi.
Kita yang dari Bandung setelah melewati kawasan kota Sumedang, melewati bunderan dan ambil belok kanan. Jalan itu sesuai penunjuk jalan bisa mencapai Wado. Kita yang menggunakan motor menyusuri Jalan Raya Situraja-Wado.
Setelah melihat ada rambu yang menunjukan arah Waduk Jatigede, kita ambil belok kiri memasuki kawasan Desa Karangpakuan Kecamatan Darmaraja. Dengan mengambil jalan tersebut, memang bisa sampai ke Waduk Jatigede. Cuma titik masuk itu, sebenarnya tidak diharapkan. Jika masuk dari Desa Karangpakuan kita sampai ke tepi Waduk Jatigede tanpa dikenakan tiket.
Jalan yang dilintasi motor dan mobil akan buntu dan langsung dihadapkan dengan air Waduk Jatigede. Di sana berdiri beberapa warung dan tempat istirahat. Ada beberapa penyewaan perahu yang bisa mengantarkan wisatawan ke tengah Waduk Jatigede. Hanya lokasi itu kurang tertata secara optimal sebagai objek wisata
Dari tepian Waduk Jatigede itu, kita juga bisa melihat beberapa rumah penduduk yang sudah kosong atau ditinggalkan penghuninya. Mungkin pemiliknya sudah tahu, lokasi yang didiaminya selama ini juga akan ikut tergenang.
Wisatwan yang beristirahat seusai naik perahu motor keliling Waduk Jatigede, bisa menikmati beberapa kuliner murah meriah yang dijajakan di sejumlah warung. Cuma yang paling enak, mungkin ulen (ketan) yang digoreng dadakan. Tidak hanya mengenyangkan, tapi juga rasanya gurih.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H