Dengan tidak berjualan, praktis mereka tidak lagi mendapatkan pemasukan. Di sisi lain, mereka butuh uang untuk biaya hidup. Kalaupun mereka punya simpanan, mungkin tidak banyak yang dimiliki. Sebagai masyarakat yang masuk kalangan bawah, wajar jika mereka khawatir kondisi semacam ini berkepanjangan.
Yang membuat prihatin lagi, kondisi Teh Irma sekarang sedang hamil. Usia janin yang dikandungnya sudah masuk bulan ke-6. Untuk persiapan proses persalinan jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Lantas bagaimana mereka menyiapkannya, sedangkan usaha yang kini sedang dirintisnya, terhenti sementara akibat belum meredanya wabah virus corona.
Sebenarnya, baik bubur maupun surabi Baraya selama ini sudah banyak penggemarnya. Kang Egi masih melayani pembeli bubur dengan harga Rp 5.000,00 untuk satu porsinya. Sedangkan surabi Baraya buatan Teh Irma dijual Rp 2.000,00 per biji.
Untuk surabi, Teh Irma menyiapkan berbagai toping. Jadi selain surabi polos ada juga surabi yang ditaburi oncom pedas (lada). Tingkat kepedasannya mulai level 1 sampai 5. Ada juga surabi telur, surabi yang ditaburi cengek. Bagi yang tidak menyukai pedas, bisa memilih surabi manis (kinca).
Namun, mulai hari ini, penggemar Surabi Baraya tidak bisa menemui Teh Irma di pangkalannya. Dia mungkin sedang melamun di rumahnya. Memikirkan bagaimana mendapatkan uang untuk proses persalinannya nanti.
Owh, wabah virus corona kapankah berakhir?
(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H