Mau melacak keberadaan pembeli yang kabur itu, tidak ada waktu. Lagi pula kalau ketemu belum tentu bayar. Akhirnya Mang Agus cuma bisa mengikhlaskan saja.
"Iya dulu ada pembeli yang suka ngutang. Awal-awal bayarnya bener. Terus bayar separuh dulu. Lama-lama utangnya menumpuk. Giliran mau ditagih, rumanya sudah kosong. Ternyata rumahnya sudah dijual dan dia tidak memberi tahu pindah kemana. Ya sudahlah nasib, saya ikhlaskan saja," ucap Mang Agus.
Soal utang piutang pedagang sayur keliling dengan pembeli ini, lebih banyak merugikan pihak pedagang. Malah seorang pedang sayur keliling, Mang Asep akhirnya tidak berani menagih ke pembeli yang mengutang.
"Repotlah kalau ditagih juga. Dia yang ngutang eh, dia yang malah marah-marah. Saya nagih kan butuh untuk modal. Mestinya dia sadar kalau ngutang harus bayar. Waktu itu saya justru dibentak-bentak," ujar Mang Asep bernada sendu.
Ketiga pedagang sayur itu mengaku, sekarang-sekarang ini para pembeli malah banyak yang bilang ngutang dulu. Alasannya para suami mereka tidak dapat penghasilan gara-gara virus corona. Di satu sisi, para pedagang itu memahami keadaan ibu-ibu sekarang ini. Tapi di sisi lain, para pedagang pun tidak mau menanggung risiko kerugian.
"Modal mulai menipis, pembeli maunya ngutang dulu. Pokoknya bingung. Kondisi sekarang makin parah. Jualan lagi sulit, pendapatan malah berkurang terus," kata Mang Ujang.(Anwar Effedin)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H