Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Floating Market, Pedagang Tolak Uang Rupiah

17 April 2020   04:10 Diperbarui: 17 April 2020   04:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau merasakan jual beli di atas air? Biasanya itu terjadi di Sumatra atau Kalimantan yang memiliki sungai besar. Di sana, para pedagang dan pembeli menggunakan perahu.

Tapi yang tidak mau pergi jauh ke Sumatra atau Kalimantan, cukup berkunjung ke Lembang Kabupaten Bandung Barat. Di Lembang ada objek wisata bernama Floating Market. Dulunya, di lokasi tersebut merupakan kolam pemancingan yang memanfaatkan Situ (danau) Umar. Sekarang Situ Umar dikembangkan menjadi kawasan objek wisata menarik, yang memadukan berbagai keindahan.

Transaksi jual beli di atas air di Floating Market tidak menggunakan uang rupiah secara langsung. Pedagang akan menolak jika wisatawan menyodorkan uang rupiah, baik yang kertas maupun koin. Tapi itu bukan berarti uang rupiah tidak laku. Melainkan uang rupiah yang kita miliki harus ditukarkan dulu dengan koin yang dibuat oleh pengelola.

Tempat penukaran uang rupiah dengan koin, bisa langsung dilakukan di pintu masuk bagian dalam Floating Market. Jadi setelah kita bayar tiket masuk dan bayar parkir kendaraan di gerbang utama, ada pintu pemeriksaan kembali sebelum masuk ke kawasan utama.

Pohon dengan warna warni lampion asyik untuk spot foto. (foto: dok. pribadi)
Pohon dengan warna warni lampion asyik untuk spot foto. (foto: dok. pribadi)

Tiket masuk setiap wisatawan dikenakan Rp 15.000,00. Sementara biaya parkir mobil Rp 30.000,00 dan motor Rp 5.000,00. Tiket masuk jangan hilang soalnya bisa ditukarkan dengan minuman ringan.

Saat akan masuk ke kawasan utama, setiap wisatawan akan diperiksa. Utamanya wisatawan dilarang membawa makanan dan minuman dari luar. Selain itu, wisatawan juga disarankan untuk menukarkan uang rupiah dengan koin yang disediakan pengelola.

Pecahan koin yang disediakan pengelola, mulai dari yang terkecil Rp 5.000 (warna kuning), Rp 10.000,00 (warna biru), Rp 50.000,00 (warna pink), hingga nominal terbesar Rp 100.000,00 (warna oranye). Setiap koin yang disebut pen itu dibeli oleh wisatawan, maka tidak bisa ditukarkan lagi dengan rupiah. Jadi harus habis dibelanjakan apa saja yang ada di dalam Floating Market.

Wisatawan yang hobi menjajal kuliner, pasti akan senang menjumpai berbagai dagangan yang ada di atas perahu. Bukan hanya kuliner yang bisa langsung dimakan di tempat, tapi sejumlah ikan segar, sayuran dan buah pun bisa dibeli untuk oleh-oleh dibawa pulang ke rumah.

Bisa bergaya petani menumbuk jagung. (foto: dok. pribadi)
Bisa bergaya petani menumbuk jagung. (foto: dok. pribadi)

Memang yang menjadi daya tarik utama Floating Market, keberadaan Situ Umar yang cukup luas. Banyak aktivitas yang dilakukan di atas danau. Pengunjung bisa menyewa perahu untuk keliling danau. Sementara aktivitas jual beli terapung dilakukan di jembatan penghubung. Jembatan itu juga berfungsi tempat istirahat pengunjung sambil makan/minum. Pembeli bersantai di jembatan dan penjaja makanan/minuman berada di danau sisi jembatan.

Sebelum ke lokasi utama, jual beli di atas danau, wisatawan bisa berkeliling dan akan menjumpai spot-spot foto yang menarik. Bisa foto duduk di tepi danau, bergaya di pohon-pohon dengan aneka lampion, rumah-rumah unik yang terbuat dari daun kelapa, dan ada juga area yang dibangun sejumlah kota bergaya Eropa.

Untuk mengelilingi kawasan Floating Market seluas 7 hektare, wisatawan pastinya akan capek. Tapi itu tidak perlu khawatir, karena di setiap kawasan disediakan saung-saung bergaya khas Tatar Parahyangan untuk beristirahat.

Siapkan saja fisik yang prima. Seusai transaksi di pasar terapung, wisatawan bisa mengunjungi bagian belakang Floating Market. Di sana tersedia area semacam area pertanian. Mulai bentuk sawah lengkap dengan tanaman padi, ada juga ladang palawija. Wisatawan bisa bergaya ala petani misalnya di lumbung (penampungan) jagung. Peralatan pertaniannya pun sudah disediakan.

Banyak yang melakukan wisata air, dengan di sekelilingnya taman indah. (foto: dok pribadi)
Banyak yang melakukan wisata air, dengan di sekelilingnya taman indah. (foto: dok pribadi)

Wisatawan yang membawa anak-anak juga akan merasa senang, karena ada dua tempat favorit. Pertama anak-anak bisa berkunjung ke semacam kolam dengan banyak binatang angsa. Angsa hilir mudik di air, sebagian lagi mengeringkan diri di tepi kolam. Dijamin anak-anak pasti senang bisa menyaksikan angsa dalam jumlah banyak.

Tapi ada lagi yang menarik buat anak-anak, yakni taman kelinci. Kalau bercengkerama dengan angsa sangat terbatas, maka bermain-main dengan kelinci bisa lebih seru. Anak-anak bisa mengejar kelinci yang berkeliaran di sana. Ada juga kelinci yang jinak. Beli saja wortel agar sekalian bisa memberi makan kelinci-kelinci di sana.

Biar mata terpuaskan, jangan lewatkan juga mengunjungi Rainbow Garden di kawasan Floating Market. Kawasan tersebut merupakan kebun bunga dengan aneka warna. Saking banyaknya jenis bunga dan warnanya beraneka ragam, seolah menyerupai pelangi.

Pokoknya selama di Floating Market dijamin kenyang semuanya. Kenyang perut, kenyang mata, dan kenyang hati.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun