Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mau Rasakan Belanda? Cukup ke Kampoeng Tulip

4 April 2020   04:11 Diperbarui: 4 April 2020   04:13 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke Kampoeng Tulip di Jalan Banyu Biru Kompleks Pasirpogor, Ciwastra, Kota Bandung serasa berada di negeri Belanda. Objek wisata yang masuk kawasan timur Bandung itu menghadirkan perpaduan taman bunga, kolam, lukisan tiga dimensi, hingga bangunan-bangunan bergaya Eropa.

Walau mengusung tema kampoeng, objek wisata ini sebenarnya tidak seluas yang dibayangkan. Untuk mengelilingi semua sudut objek wisata Kampoeng Tulip tidak membutuhkan waktu yang lama. Cukup satu jam, pengunjung bisa menyinggahi beberapa tempat, sudah termasuk waktu istirahat atau menikmati kuliner yang dijual di beberapa lokasi.

Walau ukurannya terbilang tidak terlalu luas, dan lokasinya masuk ke kawasan perumahan, daya tarik Kampoeng Tulip ternyata tidak hanya dikenal warga Bandung dan sekitarnya. Tapi berkat cerita dari mulut ke mulut, keindahan Kampoeng Tulip sudah menyebar ke luar kota.

Terutama di akhir pekan, kunjungan wisatawan ke Kampoeng Tulip mengalami lonjakan. Sebagian besar dari luar Kota Bandung. Hal itu bisa dilihat di tempat parkir, dimana banyak kendaraan dengan pelat nomor polisi luar Kota Bandung, seperti Karawang, Garut, Cianjur, dan Cirebon.

Lukisan tiga dimensi, serasa di taman tulip.
Lukisan tiga dimensi, serasa di taman tulip.

Wisatawan asal Karawang, Bapak Riana Tjaturangga mengaku penasaran dengan Kampoeng Tulip setelah melihat postingan-postingan sejumlah temannya di media sosial, seusai berkunjung ke objek wisata tersebut. Pertimbangan lain, lokasinya yang mudah dijangkau.

"Saya dari rumah langsung masuk Tol Karawang Barat, keluar Tol Buahbatu. Dari situ langsung masuk jalan ke Pasar Kordon dan lurus saja sudah sampai. Kebetulan anak juga sudah lama minta berkunjung ke tempat ini," tutur Bapak Riana.

Setelah berkeliling Kampoeng Tulip, Bapak Riana bersama istrinya Ibu Sri Hayutan dan anaknya Nisa merasa puas. Di lokasi tersebut, mereka memang lebih banyak mengabadikan diri dengan berfoto. Banyak spot foto yang menarik. Cuma yang paling berkesan, ketika berfoto di dekat bangunan kincir angin.

Bangunan kincir angin memang menjadi ikon Kampoeng Tulip. Sebagian besar pengunjung tidak mau melewatkan begitu saja, kalau pas sampai di bangunan kincir angin selalu berfoto. Sebenarnya tempat lainnya juga banyak menarik, namun disinggahi hanya sepintas-sepintas saja.

Sedangkat Ibu Sri Hayatu sedikit kecewa, karena beberapa lukisan tiga dimensi di lokasi itu sebagian sudah ada yang memudar. Hal itu jadi mengurangi keindahan. Harusnya pengelola mengganti dengan lukisan-lukisan baru agar tetap menjadi daya tarik.

Ada spot foto yang dihiasi pot bunga.
Ada spot foto yang dihiasi pot bunga.

Tidak jauh beda dengan Bapak Riana, wisatawan asal Cirebon, Bapak Andi Azis berkunjung ke Kampoeng Tulip dengan membawa keluarganya. Dia mengajak sang istri, Mumun dan dua anaknya Raihan dan Duta. Bapak Andi Azis tahu Kampoeng Tulip, setelah menerima informasi dari saudaranya yang tinggal di Bandung.

"Cukup menyenangkan berkunjung ke objek wisata di sini. Tidak perlu jauh-jauh ke Eropa, di Kampoeng Tulip juga bisa merasakan suasana Belanda. Tiket masuknya juga murah. Pantas tempat ini jadi cepat terkenal," kata Bapak Andi Azis.

Menurut Andi, kalau foto-fotoan dengan latar belakang lukisan tiga dimensi, terus diposting di media sosial, sepintas seperti benar-benar di taman bunga tulip. Lumayan juga untuk gaya-gayaan.

Selama di Kampoeng Tulip, Andi dan keluarganya lebih banyak menghabiskan waktu keliling taman dan berfoto. Mereka tidak memanfaatkan wahana perahu bebek atau perahu dayung yang ada di sana, dengan alasan anak-anaknya sudah besar jadi kurang tertarik.

Andi juga menyayangkan bangunan kincir angin terlalu kecil. Khawatir juga kalau satu keluarga jumlahnya banyak, terus ingin naik semua. Alhasil waktu berada di bangunan kincir angin, mereka berfoto satu persatu naik ke atas. Kalau ramai-ramai fotonya di bawah.

Selain taman bunga, kolam, lukisan tiga dimensi, kincir angin, dan bangunan rumah khas belanda, pengunjung sebenarnya bisa singgah ke ruangan yang dipenuhi berbagai barang unik dan antik. Di ruangan itu, banyak sudut yang bisa dijadikan latar belakang foto.

Pengelola juga menyediakan baju khas belanda yang bisa disewa oleh pengunjung. Harga sewanya masih terjangkau, cuma Rp 25.000,00. Dengan mengenakan baju tersebut, pengunjung serasa menjadi orang Belanda.(Anwar Effendi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun