Selama dua minggu ini, ibu-ibu sibuk menyiapkan menu makanan di rumah. Semua resep makanan sudah dicoba. Setiap hari digilir untuk memenuhi selera anggota keluarga di rumah.
Namun ada kalanya menu makanan yang akan dimasak, kembali ke masakan itu lagi, itu lagi. Nah kalau sudah begitu, ide memasak pun mentok. Yang ada bingung, apakah mengulang menu masakan yang pernah dicoba. Jangan-jangan anggota keluarga mulai bosan.
Untuk selingan, sebenarnya bisa coba menu masakan yang sudah jadi. Banyak pilihan makan di luar. Atau kalau malas ke luar rumah, bisa pesan lewat online. Sekarang lagi musim social distancing, jadi dari rumah saja cari-cara menu masakan yang bisan dipesan.
Bagi yang berada di wilayah Bandung Timur, sebenarnya bisa menjajal menu masakan aneka ikan "Beulem Lauk" Jalan Cingised nomor 78 kawasan Arcamanik-Antapani. Lokasinya gampang dicari, dan untuk parkir motor atau mobil cukup leluasa.
Keunggulan di Kedai "Beulum Lauk", semua ikan yang disajikan merupakan ikan segar. Untuk melayani pemesanan, pengelola kedai langsung ambil ikan di kolam penampungan. Berbeda dengan pedagang lain, yang biasanya ikan sudah didinginkan di kulkas.
Cuma, kita harus bersabar karena agak lama menunggu pesanan selesai. Sebab proses memasaknya dimulai dari menangkap ikan, menyisik kulitnya, sekaligus membuang kotorannya, meracik bumbu hingga pilihan mau digoreng atau dibakar.
Pemilik kedai "Belum Lauk" merupakan suami istri, Bapak Ipan Subarnas dan Ibu Neni Nurhaeni. Mereka merintis usaha kuliner masakan ikan, setelah memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai pegawai. Setelah jenuh dengan pekerjaan kantor, mereka membuka usaha mandiri dan kini mulai menampakan hasil.
"Awalnya yang datang merupakan teman-teman. Ada teman kantor, teman sekolah, teman kuliah, teman pengajian, teman arisan malah ada juga teman di komunitas sepeda. Alhamdulillah, usaha kuliner ini mulai dikenal. Sering juga ada pesanan dalam jumlah banyak," kata Ipan.
Neni menambahkan, pembeli selain datang langsung ke Kedai Beulum Lauk, ada juga yang memesan secara online. Hanya yang diantarkan ke rumah, harganya agak berbeda, karena terkena tarif ongkos kirim.
Belakangan baik Ipan maupun Neni sedikit mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahak baku ikan segar. Mungkin hal ini dampak dari kebijakan social distancing. Kalaupun mendapatkan ikan, jumlahnya tidak terlalu banyak. Harus berebut dengan pedagang kuliner lainnya.
"Sebelum ada kebijakan lock down juga, kami sering bermasalah dengan pasokan ikan. Ini dikarenakan kami minta kiriman dari peternak ikan langsung yang ada di Subang. Nah, biasanya dalam perjalanan Subang ke Bandung, ada saja ikan yang mati. Tapi harus bagaimana lagi, karena kami menganggap ikan dari Subang kualitasnya lebih bagus," tutur Ipan.