Dalam gerbong, kami bisa membaca sebagian besar orang merupakan penumpang tetap/rutin KA Walahar. Walau mereka naik dari stasiun berbeda, namun sudah saling hafal, mungkin karena sering bertemu dalam KA Walahar. Mereka merupakan para pekerja yang mencari nafkah di Jakarta.
Kira-kira perjalanan sudah memakan waktu mendekati dua jam, KA Walahar tiba di Stasiun Senen Jakarta. Kami turun di stasiun tersebut untuk mencari sarapan. Di pintu keluar banyak pedagang yang mangkal. Kami pilih beli bubur ayam untuk mengisi perut.
Usai kenyang, kami melanjutkan rencana jalan-jalan sambil mencoba transportasi MRT. Namun kami tidak bisa langsung naik MRT, karena tidak ada pemberhentian MRT di kawasan Senen.Â
Kami naik moda transportasi lainnya dulu, yakni bus Trans Jakarta dengan rute, Senen-Lebakbulus. Kami menikmati perjalanan yang begitu panjang dari Senen ke Lebakbulus dengan hanya membayar Rp 3.500,00 per orang.
Saking perjalanan yang panjang, kami sempat terkantuk-kantuk. Penumpang naik turun silih berganti, kami masih bertahan karena tujuannya di pemberhentian terakhir Lebakbulus. Sengaja turun di Lebakbulus, karena stasiun pemberhentian pertama MRT ada di Lebakbulus.
Akhirnya kesampaian juga kami mencicipi MRT, sebagai transportasi manusia modern. Turun dari bus Trans Jakarta, kami menaiki tangga.Â
Masuk ruang pertama kami dihadapkan kesan Stasiun MRT Lebakbulus yang sangat megah dan bersih. Seusai menggesekan kartu e-money masing-masing, kami menyempatkan diri foto-foto di lokasi tersebut.
Cuek saja dengan orang-orang di sekeliling. Kami memang menempatkan diri sebagai orang kampung yang lagi piknik ke keramaian ibukota Jakarta. Setelah itu kami mengikuti arah petunjuk untuk mendekati gerbong MRT. Ada pemberitahun dari pengeras suara MRT akan tiba.
Karena ingin memuaskan diri dalam MRT, kami sengaja memilih turun di pemberhentian terakhir, yakni Stasiun Bunderan HI. Selama dalam gerbong MRT kami merasa nyaman dengan kondisi yang menyenangkan.
Sampai di Stasiun Bunderan HI, kami keluar ingin menikmati kemegahan Jakarta. Sempat berkeliling melihat taman air mancur di sana. Namun, tak terasa matahari sudah tepat berada di atas ubun-ubun kepala. Perut kembali terasa lapar karena masuk jam makan siang.