Biaya perjalanan rakit dari pintu masuk menuju kawasan Candi Cangkuang Rp 5.000,00 per orang sekali angkut. Kalau pergi pulang berarti harus menyediakan uang Rp 10.000,00. Selama perjalanan di rakit, biasanya wisatawan dihibur oleh pengamen. Para pengamen sudah mengatur operasinya, jadi satu rakit cuma ada satu pengamen.
Jadi sambil menikmati perjalanan dengan rakit menyeberangi Situ Cangkuang, kita bisa bersenang-senang dengan pengamen. Boleh request lagi apa saja. Biar tambah ramai, saat pengamen bernyanyi, wisatawan bisa joget-joget.
"Iyalah kita terhibur dengan adanya pengamen. Tidak diam saja selama ada di rakit. Tadi lagunya enak, jadi gatal ingin joget. Eh pas saya joget yang lain jadi ikutan. Makin ramai saja suasana di rakit ini," kata Ibu Kartini Herawati.
Sampai di lokasi pendaratan, wisatawan tidak bisa langsung menuju Candi Cangkuang. Trek perjalanan dibuat melingkar, sehingga wisatawan bisa melewati warung-warung pedagang yang menjual cenderamata. Yang tidak membawa perbekalan, di sana juga tersedia penjual makanan/minuman.
Di lokasi terakhir, wisataan bisa menemukan kawasan Candi Cangkuang. Candi Hindu yang berada di Jawa Barat ini, bangunannya cuma ada satu dan tidak terlalu besar. Tidak butuh waktu terlalu lama, untuk mengelilingi candi tersebut.
Di area candi bisa ditemukan tempat untuk istirahat. Tersedia juga penyewaan tikar jika rombongan wisatawan ingin melakukan makan bersama (botram). Suasananya enak, karena banyak pohon-pohon besar. Cuacanya jadi terasa sejuk.
Selama di kawasan Candi Cangkuang wisatawan bisa sepuasnya menikmati liburan dan hati riang. Pengunjung ke lokasi tersebut sebagian besar wisatawan lokal. Kecuali pada musim liburan, jumlah wisatawan berkali lipat bertambahnya. Bukan saja dari daerah Priangan dan Bandung, tapi juga ada dari Jakarta dan daerah perbatasan Jawa Tengah.
Nah untuk wisatawan yang berniat pulang kembali, harus mengingat rakit pertama yang mengantar. Jadi tidak bisa sembarang naik rakit yang bersandar. Wisatawan harus naik dengan rakit yang sama. Seperti biasa, perjalanan pulang menaiki rakit, ibu-ibu kembali merasa terhibur oleh pengamen. Akhirnya....tak nahan untuk joget lagi.(Anwar Effendi)***