"Cuma sekarang lagi terkendala dengan musim hujan. Produksi sedikit agak terhambat. Terutama dalam proses penjemuran, kalau tidak ada panas mempengaruhi juga terhadap produk rangginang," ucap Ibu Kokom.
Dijelaskan, seusai melewati proses penjemuran, jangan langsung digoreng. Rangginang mentah itu harus didiamkan dulu hingga dua hari. Biasanya kalau langsung digoreng seusai dijemur, maka bentuk yang didapat tidak akan memuaskan. Dimakannya pun tidak enak, karena rangginang itu tidak mengembang alias bantat.
Selama ini, Ibu Kokom menjual rangginang baik yang masih mentah maupun yang sudah matang. Penjualannya pun bisa dilakukan per biji atau per kilogram. Pembeli yang beli kiloan biasanya dalam bentuk rangginang mentah.
Ibu Kokom membandrol harga rangginang mentah per kilogramnya seharga Rp 50.000,00. Kalau dihitung, dalam satu kilogram ada 80 biji rangginang. Sedangkan rangginang matang dijual per biji dengan harga Rp. 1.000,00.
Walau masih industri rumahan, namun pesanan yang datang ke Ibu Kokom mengalir terus. Bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, banyak juga perusahaan swasta atau kantor pemerintah yang memesan dalam jumlah besar.
"Repot juga kalau banyak pesanan dalam waktu bersamaan. Tenaganya tidak mampu. Kecuali pesanan yang sudah rutin, bisa diantisipasi. Seperti pesanan dari polisi, itu sudah rutin. Demikian juga ada pesanan dari ibu-ibu arisan, waktunya sudah jelas. Jadi sampai saat ini belum ada rencana mengisi ke toko atau warung. Waktunya tidak ada," kata Ibu Kokom.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H