Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berpelukan Sepanjang Malam

15 Maret 2020   19:17 Diperbarui: 16 Maret 2020   10:15 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendaki melintasi area Hutan Mati-dokpri

Pendaki bisa memilih jalur berupa tangga berundak-dokpri
Pendaki bisa memilih jalur berupa tangga berundak-dokpri

Dari pos inilah, para pendaki dihadapkan dua pilihan. Mau meneruskan perjalanan lewat jalur tangga berundak, atau memilih jalur tradisional.

Jika pilihan pertama yang akan dilalui, yakni Hutan Mati, Tanaman Edelwiss dan Pondok Saladah. Jika melalui jalur tradisional, pendaki akan melewati sungai, hutan lindung, diarahkan ke Bukit "U", tiba di base camp Ghober Hoet dan bisa melanjutkan ke Pondok Saladah.

Saya dan istri memilih jalur tradisional yang sedikit menantang dengan asumsi perjalanan pulang lewat tangga berundak. Dari Pos 5 terlihat celah bukit yang membentuk huruf U. Perjalanan ke sana sedikit menguras tenaga.

Sebelum sampai ke base camp Ghober Hoet, cuaca mulai kurang bersahabat. Kawasan Gunung Papandayan mulai diselimuti kabut. Air hujan sesekali turun. Tapi kami tetap tidak ingin buru-buru, apalagi medan yang dihadapi agak menyulitkan langkah.

Base camp Ghober Hoet-dokpri
Base camp Ghober Hoet-dokpri

Bersyukurlah, setelah mencapai base camp Ghober Hoet, hujan turun dengan deras. Di sana banyak tempat berteduh. Selain ada pos penjagaan, juga ada mushola dan sejumlah warung.

Setelah hujan agak reda, kami buru-buru pasang tenda. Kami memilih bermalam di Ghober Hoet, dengan pertimbangan  pagi bisa mendapatkan sun rise. Dari sejumlah pengalaman pendaki, lokasi base camp Ghober Hoet sangat indah kali matahari terbit.

Kami malam itu tidak buru-buru tidur dan memilih nongkrong di warung untuk mengisi perut. Ibu Siti pemilik warung sangat membantu keperluan kami yang mulai kelaparan. Di warung itu pula, kami menghangatkan badan dengan membakar sejumlah kayu.

Para pendaki mendirikan tenda-dokpri
Para pendaki mendirikan tenda-dokpri

Saat malam mulai larut dan kami diserang rasa kantuk, tidak ada pilihan lain untuk tidur di tenda. Karena ukurannya yang kecil dan kapasitas untuk dua orang, kami tidur berpelukan sepanjang malam. Nyenyak sekali, karena di luaran hujan cukup lebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun