Dari pos inilah, para pendaki dihadapkan dua pilihan. Mau meneruskan perjalanan lewat jalur tangga berundak, atau memilih jalur tradisional.
Jika pilihan pertama yang akan dilalui, yakni Hutan Mati, Tanaman Edelwiss dan Pondok Saladah. Jika melalui jalur tradisional, pendaki akan melewati sungai, hutan lindung, diarahkan ke Bukit "U", tiba di base camp Ghober Hoet dan bisa melanjutkan ke Pondok Saladah.
Saya dan istri memilih jalur tradisional yang sedikit menantang dengan asumsi perjalanan pulang lewat tangga berundak. Dari Pos 5 terlihat celah bukit yang membentuk huruf U. Perjalanan ke sana sedikit menguras tenaga.
Sebelum sampai ke base camp Ghober Hoet, cuaca mulai kurang bersahabat. Kawasan Gunung Papandayan mulai diselimuti kabut. Air hujan sesekali turun. Tapi kami tetap tidak ingin buru-buru, apalagi medan yang dihadapi agak menyulitkan langkah.
Bersyukurlah, setelah mencapai base camp Ghober Hoet, hujan turun dengan deras. Di sana banyak tempat berteduh. Selain ada pos penjagaan, juga ada mushola dan sejumlah warung.
Setelah hujan agak reda, kami buru-buru pasang tenda. Kami memilih bermalam di Ghober Hoet, dengan pertimbangan  pagi bisa mendapatkan sun rise. Dari sejumlah pengalaman pendaki, lokasi base camp Ghober Hoet sangat indah kali matahari terbit.
Kami malam itu tidak buru-buru tidur dan memilih nongkrong di warung untuk mengisi perut. Ibu Siti pemilik warung sangat membantu keperluan kami yang mulai kelaparan. Di warung itu pula, kami menghangatkan badan dengan membakar sejumlah kayu.
Saat malam mulai larut dan kami diserang rasa kantuk, tidak ada pilihan lain untuk tidur di tenda. Karena ukurannya yang kecil dan kapasitas untuk dua orang, kami tidur berpelukan sepanjang malam. Nyenyak sekali, karena di luaran hujan cukup lebat.