Naskah merupakan suatu karya tulisan masa lampau yang berumur minimal 50 tahun. Naskah atau disebut naskah lama merupakan objek kajian filologi, di mana naskah termasuk karya pada masa lampau yang kebanyakan masih disimpan secara apik oleh suatu pengelola, seperti museum ataupun perpustakaan, sehingga naskah dapat diketahui oleh masyarakat masa kini dengan adanya benda peninggalannya. Naskah sebagai suatu objek kajian filologi menjadi suatu unit yang dapat mempelajari berbagai hasil budaya manusia yang dalam arti luas berdasarkan bahasa, kebudayaan, sastra, dan sejarah.
Salah satu naskah lama yang masih tersimpan di salah satu museum adalah naskah Hikayat Puti Balukih (Hikayat Putri Balkis), yang dapat ditemui di Museum Nasional Jakarta. Cerita Hikayat Puti Balukih ini terdapat dalam dua naskah diantaranya bernomor MI. 705 dan MI. 488. Alasan mengapa terbagi menjadi dua naskah dalam cerita ini dikarenakan pada naskah MI. 705 yang merupakan naskah asli sebagian sudah rusak, lapuk dan tidak terbaca, sedangkan naskah MI. 488 masih bisa terbaca, sehingga naskah MI. 705 dapat ditransliterasikan dengan bantuan dari naskah MI. 488. Ukuran naskah pada naskah asli bernomor MI. 705 yaitu 16 x 10 cm, dengan 104 halaman, dan 15 baris dan tulisan naskah asli ini adalah Arab-Melayu. Sedangkan naskah salinan dengan nomor MI. 488 berukuran 21 x 32 cm, sebanyak 189 halaman, dan terdapat 39-41 baris, dengan tulisan naskah menggunakan huruf latin.
Naskah tersebut ditulis dalam bahasa Minangkabau dan termasuk golongan sastra Minangkabau karena ceritanya yang berbentuk kaba. Cerita yang disusun dengan jenis kaba dalam sastra klasik Minangkabau ini bercirikan bahasa yang ditulis secara berirama atau prosa liris. Kaba merupakan satu dari sekian jenis sastra tulis tradisional Minangkabau. Susunan penulisan kaba ditulis dalam bentuk sajak seperti pantun ataupun nyanyian. Berikut kutipan pada Hikayat Puti Balukih yang menggambarkan ciri dari kaba.
/Habih malam baganti malam
Habih siang baganti siang
Bagaikan lupo jalan pulang
Lalulah sasek ka rimbo rayo
Jauah nan bukan ulah-ulah
Tidak panah dijajak urang
Sampai bakato pantun urang
Bajalan saruangkan baju
Malangkah turun ka bawah
Baririk basamo-samo
Takadia sudah tadahulu
Untuang surek-an Azu Sarah
Hilang lanyok ka rimbo rayo/
Selain ciri dari kaba, terbagi menjadi dua jenis kaba, yaitu kaba lama dan kaba baru. Kaba lama mempunyai ciri isi cerita mengangkat topik mengenai perebutan kekuasaan, selain itu kaba lama kisahnya dianggap berlaku pada masa lampau dan biasanya membahas tentang anak raja yang mempunyai kekuatan supranatural. Sedangkan kaba baru lebih memfokuskan menceritakan mengenai penderitaan beserta tragedi-tragedinya. Pada Hikayat Puti Balukih ini termasuk dalam kaba lama karena dalam penceritaan Puti Balukih sesuai dengan salah satu ciri dari kaba lama, yaitu mengenai seorang anak raja. Berikut kutipan yang mendukung.
/Rajo nan kuat gadang panjang
Rajo mamutuih rantai basi
Tidak panah dilawan urang
Kahandaknyo tidak tabalintang
Maniayo anak mudo-mudo
Mahanguihkan hati ibu bapak
Mamandang anak dibao rajo
Tidak buliah dijapuik lai
Malainkan dengan relanyo
Mambunuah tidak batanyo
Mandando tidak buliah kurang/
Hikayat Puti Balukih selain menggunakan bahasa Minangkabau, ditemukan pula cerita ini dengan versi bahasa Sunda berjudul Putri Balkis yang disusun oleh RS Sutiasumarga dan diterbitkan oleh PN Balai Pustaka pada tahun 1996. Selain itu, Hikayat Puti Balukih dengan versi bahasa Minangkabau pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Gerth Van Wijk, dengan judul “De Geschiedenis van Princes Balkis”, yang dimuat dalam VBG XLI pada tahun 1881. Terjemahan bahasa Belanda tersebut disertai teks dalam bahasa Minangkabau serta huruf Arab-Melayu dan Latin. Sehingga cerita Hikayat Puti Balukih ini sangat populer pada masanya.
Referensi: https://budaya-indonesia.org/Kaba-Minangkabau
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI