Pada umumnya tulisan pada makam tersebut belum diteliti seluruhnmya sehingga memang diperlukan penelitian lebih lanjut. Hingga saat ini, penduduk di sekitar makam Sultan Malikussaleh sering mendapat mata uang emas (dirham) keramik, gelang mata delima, umumnya ditemukan oleh petani tebat saat meraka menggali tebat di sekitar kawasan tersebut. Itu semua adalah bukti sisa Kerajaan Pasai.
Adapun makam Sultan Malikussaleh yang merupakan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai juga masih terdapat di sana. Makam tersebut terletak di Gampông Beuringen, Kecamatan Samudera, ± 17 km dari Kota Lhokseumawe. Nisan ini terbuat dari batu granit berpahatkan aksara Arab. Jika diterjemahkan, lebih kurang aksara itu bertuliskan: "Ini kubur almarhum yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang berketurunan yang mulia, yang kuat beribadat, penakluk yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh".
Selain itu, pada makan Sultan Malikussaleh juga terdapat kaligrafi Surat Al-Hasyr Ayat 22-24. Kaligrafi tersebut berbentuk puisi yang menghiasi makam Malikussaleh. Kecuali itu, pada kawasan tersebut juga terdapat beberapa makam lainnya, di antaranya makam keluarga Sultan Malikussaleh sendiri seperti milik Malikul Dhahir (anak pertama Malikussaleh). Semuanya merupakan bukti peninggalan Kerajaan Islam Pasai yang saat ini hanya menjadi kenangan sejarah bahwa di Aceh pernah berdiri beberapa keraan islam. Sebagai penghargaan terhadap sejarah, perlu adanya kepedulian dari pemerintah untuk merawat bukti peninggalan sejarah tersebut. Masyarakat pun diharapkan tidak mengotori lokasi itu. Semoga![dbs/Herman RN]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H