Mohon tunggu...
Evi Dwiningtias
Evi Dwiningtias Mohon Tunggu... lainnya -

aku hanya seorang penulis pemula yang mencoba berkarya. mohon kasih saran dan kritiknya ea ^^

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

A Pair of Wings (2)

24 Juli 2012   22:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

Sejauh yang Ninda bisa. Dia sudah berusaha tapi tak satu pun Oxeks yang musnah oleh kekuatannya. Padahal Ninda sudah mencoba seperti yang Felix anjurkan. Frustasi dan kesal dengan diri sendiri. Ninda mengeram, membanting benda tak berdosa di sekitarnya. Sementara itu, para Oxeks yang lemah tanpa daya dengan beberapa bagian tubuh terlilit lantai meledakan tawa kepuasannya. Keterpurukan Ninda menjadi hiburan tersendiri untuk mereka.

Mendapat hinaan dari musuhnya, amarah mengalir naik ke ubun-ubun. Kedua tangan Ninda mengepal. Wajah memerah dan mata melotot tajam. "DIAAAMMM!"

Blash! Satu Oxeks lenyap tak bersisa. Mendaratkan keterkejutan pada setiap makhluk yang menatap kejadian itu. Begitu pula dengan Ninda. Dia terperanjat tak percaya. Mata indah miliknya membulat memandangi tangan kanan yang tadinya terjulur ke depan.

"Apa tadi?" Ninda bergumam pada diri sendiri. "A...aku bisa?" Ninda kembali mengamati para Oxeks dalam kurungan. "Lihat! aku bisa!" teriaknya lantang.  Ninda berjalan mendekat. Lebih berani dari sebelumnya. Tak kurang dari satu langkah berdiri di depan terali yang memenjara para Oxeks. Kepercayaan dirinya telah terbit. Tatapan mata evil hinggap dalam sorot yang terpancar. Ia menengadahkan tangan kanannya. Berkonsentrasi sekuat mungkin. Kembali mencoba. Mengumpulkan segenap kekuatan di atas telapak tangan kanan. Dan itu membuahkan hasil memuaskan. Sebuah bola cahaya berwarna hitam pekat seukuran bola pingpong melayang di atas telapak tangan kanan Ninda. Kecil memang. Para Oxeks tersenyum meremehkan.

"Itu tak akan cukup membunuh kita!" ucap salah satu Oxeks bersuara menyeramkan. Terang saja ucapan itu membuat amarah Ninda kembali memuncak.

"Kalian terlalu meremehkanku!" Blash. Ninda melempar bola hitam pekatnya ke dalam terali besi. Tepat mengenai sasarannya. Seorang Oxeks lenyap tak bersisa sekali lagi.

"Sialan!" umpat Oxeks bersuara menyeramkan tadi. Ia mundur ke belakang. Menjaga jarak dari Ninda.

Sedangkan Ninda tersenyum bangga akan kemampuan barunya itu. Ini akan menyenangkan, pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun