“Akan aku tunjukkan!” Felix meraih tangan Ninda. Ia membimbing gadis itu untuk mengikutinya. Kali ini tidak dengan berjalan. Sayap-sayap di punggung mereka perlu digerakkan sepertinya. Jadi, Felik memutuskan untuk membiarkan benda mirip kelopak bunga itu bergerak-gerak. Tubuh Felix dan Ninda terangkat, melayang di udara.
***
Ninda terpaku ditempat, tercengang dan tak mampu berucap apa pun. Ini mimpi buruk untuknya. Mungkin. "Apa kau serius dengan ini, Felix?" Ninda menoleh pada lelaki berambut coklat tua di sampingnya dan berharap mendapat jawaban ketidakbenaran. Sayangnya, kenyataan berkata lain. Felix mengangguk mengiyakan.
"Inilah tugas peri kehancuran. Saat masa perang dulu peri kehancuran menjadi penjaga bagi Anora. Tapi kini hanya ini yg bisa dilakukan," jelas Felix.
"Haruskah aku menjadi pembunuh?"
"Ya, mereka para Oxeks pantas mendapatkannya. Jika didiamkan mereka yg akan menghabisi kita." Ninda dapat melihat kebencian yang begitu dalam dari nada suara dan tatapan tajam Felix terhadap para makhluk menyeramkan yg berada di dalam ruang beterali besi di depan mereka.
"Lalu bagaimana caranya?"
"Kau punya kekuatan Ninda... karena kini kau adalah peri kehancuran. Kau pasti mampu memusnahkan mereka."
Ninda menghela napas panjang. "Baik akan aku coba."
"Pelan-pelan saja."
Ninda mengangguk mengiyakan. Dan Felix berlalu dari sisinya.