Pagi pertama Ninda di Luona. Tak ada sinar mentari yang menyapanya seperti ketika ia bangun pagi hari di kamarnya. Hanya pekik suara burung mirip suara gagak yang menjadi tanda pagi telah datang.
Ninda mengerjap beberapa kali. Kelopak bawah matanya membengkak dengan garis hitam menyertai. Ia memang tidak bisa tidur dengan baik. Suasana Luona ketika malam sungguh mencekap. Suara-suara binatang aneh berkumandang silih berganti membuat Ninda tak mampu memejamkan mata.
“Tidurmu nyenyak?”
Ninda memutar kepalanya. Seorang pria berdiri di ambang pintu. Senyum khas milik pria itu terlukis. Berbanding terbalik dengan Ninda yang menatapnya muram.
“Apa aku terlihat seperti orang yang tidur dalam waktu delapan jam?” Ninda memberi penekanan diakhir kalimatnya. Pria di ambang pintu terkekeh.
“Ya, cukup buruk sepertinya. Tapi aku yakin beberapa hari lagi tidurmu akan nyenyak…” Pria itu berjalan menghampiri Ninda. Jemari kekarnya menari di bawah pelupuk mata Ninda. “Well, ketika kau sudah dapat beradaptasi tentunya,” lanjut pria itu.
“Tentu, Felix.” Ninda menepis tangan Felix dan berjalan keluar.
^^^
“Apa yang akan kita kerjakan hari ini?” tanya Ninda menengadah memandang Felix yang mengiringi langkah kecilnya.
“Bekerja,” jawab Felix singkat.
Ninda mengernyit heran. “Bagaimana?”