Mohon tunggu...
Evi Dwiningtias
Evi Dwiningtias Mohon Tunggu... lainnya -

aku hanya seorang penulis pemula yang mencoba berkarya. mohon kasih saran dan kritiknya ea ^^

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

A Pair of Wings (1)

7 Juli 2012   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter One

Ninda benar-benar terpesona. Luar biasa hingga ia sulit menggambarkannya. Ninda berbalik menghadap cermin. Matanya berbinar. Dua pasang kelopak tipis dan gelap menggantung di punggungnya. Seperti sayap capung dengan ujung meruncing. Mempesona. Ketika cahaya mengenainya, warna pelangi berpedar dari dua pasang kelopak sayap itu. Laksana aurora di malam pekat.

Ninda mencoba menggerakkannya. Membuka dan menutup perlahan. Taburan-taburan bercahaya bagai kerlip bintang tiba-tiba saja bermunculan. Asalnya sudah pasti dari kepakan sayap yang melekat pada punggungnya. Rasa takjub semakin bertambah. Luar biasa, ini benar-benar menakjubkan, Batin Ninda begitu gembira.

“Apa kamu suka?” Sebuah suara bernada bass membuyarkan keterkaguman Ninda. Seorang pemuda berdiri di ambang pintu kamarnya. Tangan terlipat di depan dada. Dengan punggung bersandar pada badan pintu yang terbuka. Senyum maut terumbar. Raut wajahnya sulit diartikan.

“Bagaimana kau bisa masuk?” Sebuah pertanyaan tercetus dari bibir Ninda. Pemuda itu mengibaskan rambut mahoni yang menutupi dahinya.

“Itu mudah.” Dia berjalan menghampiri Ninda. Memutarinyya lalu berdiri di hadapan Ninda. “Cocok untukmu.” Matanya melirik kelopak mirip sayap di punggung Ninda.

“Terima kasih,” balas Ninda sarkastis. Ninda turut melirik sesuatu di alik punggung pemuda itu. Kosong. “Mana sayapmu?”

Pemuda berambut mahoni itu tersenyum lagi. Ninda sempat terpesona. Matanya tidak terlalu besar. Alis tipis menempel indah, menambal sempurna wajah tampannya. Hidungnya meruncing ke depan. Ninda menatap lekat mata merah darah pemuda itu. Berharap dapa membaca pikirannya. Pemuda itu hanya mengangkat bahu.

“Mungkin… Kau sudah memakainya. Di punggungmu.”

Ninda melirik sayap hitam transparan di punggungnya. Dia teringat transaksi beberapa jam lalu.

“Siapa kau?” Ninda terkejut dan memundurkan langkahnya. Matanya menyorot tajam sosok di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun