Mohon tunggu...
Andreas Novfiat
Andreas Novfiat Mohon Tunggu... Lainnya - aktivis gereja yang peduli pendidikan dan negara ini

Saya suka belajar dan mengembangkan diri agar maksimal secara kognitif, emosional, spiritual, melalui tulisan saya disini, diharapkan menjadi bagian penting untuk aktualisasi diri saya dan menjadi penuh sebagai manusia serta bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kekacauan di Berbagai Bidang karena Gajinya Rendah?

23 Maret 2023   20:11 Diperbarui: 23 Maret 2023   23:38 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu kita pasti merasa sedih ketika membaca atau mendengar berita tentang seorang Ibu hamil di Subang yang hendak melahirkan namun naas karena ditolak rumah sakit karena masalah administrasi akhirnya harus meninggal bersama dengan bayinya. Kemudian berita tentang penyataan Presiden yang mengatakan bahwa 2 juta WNI berobat keluar negeri, kemudian banyak kasus-kasus menyangkut kesehatan yang lain.

Dilain pihak banyak pungutan liar yang terjadi diberbagai jenis pelayanan mulai dari tukang parkir liar hingga instansi yang harusnya memberikan pelayanan yang maksimal, bahkan berita terbaru mengenai beberapa anggota polisi yang diduga jadi calo untuk masuk menjadi Bintara. Serta banyak lagi kasus serupa tapi tak sama yang terjadi.

Tidak terkecuali dibidang pendidikan mulai dari kebijakan aneh tanpa dilakukan kajian dan studi yang mendalam tentang itu. Selain itu, menurut beberapa sumber kulaitas guru di Indonesa masih rendah yang berakibat pada rendahnya kualitas pendidikan. Yang lebih besar lagi korupsi di Indonesia ada di hampir semua bidang.

Bila kita lihat hal buruk yang terjadi mulai dari penanganan kesehatan, kualitas pendidikan, banyaknya pungli, korupsi disana sini dan lain-lain itu faktornya penyebabnya apa?

Sering kita melihat dan mendengar hampir disemua bidang menganggap bahwa upah yang diterima oleh tenaga-tenaga yang berhubungan dengan bidang tersebut masih KURANG atau Rendah.. BENARKAH DEMIKIAN?

Apakah tidak maksimalnya suatu pekerjaan berhubungan dengan upah yang diterima? Ada yang bilang "ada harga ada rupa" bila kita bawa ini kepada pelayanan umum yang sudah menjadi hak dari setiap orang yang punya KTP Indonesia harusnya sudah tidak berlaku lagi slogan itu. Apalagi untuk tempat-tempat yang memang milik negara seperti RSUD, Sekolah, ataupun tempat pelayanan umum lainnya.

Menurut saya pekerjaan itu adalah sebuah pilihan, ketika memilih menjadi seorang tenaga kesehatan janganlah menjadi pedagang dalam rumah sakit tempat bekerja. Atau ketika seseorang memilih jadi guru fokuslah mendidik anak-anak menjadi yang tebaik bagi diri mereka tidak perlu improve memanipulasi dana BOS. Namun memang banyak orang yang memilih suatu pekerjaan yang fokusnya supaya mereka dapat uang. Bahkah banyak yang berusaha menjadi dosen, peneliti untuk mencari dana hibah bukan berusaha menyelesaikan masalah yang mendasar.

Banyak dari kita yang belum selesai dengan uang maksudnya masih banyak yang fokusnya DUIT, ujung-ujungnya DUIT, hingga lupa apa yang harus dan penting dilakukan dalam pekerjaan yang dipilih. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa tenaga pelayanan tidak maksimal bahkan tidak professional. Banyak yang merasa tidak stabil secara finansial dan ingin mencapai stabilitas finansial yang lebih baik. Bila kita hubungkan dengan konteks spiritual keagamaan ini sudah mentuhankan uang. Biasanya orang yang sudah terjerat dalam keadaan ini kata-katanya "semua hal butuh uang", atau lebih halusnya "uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang".

Saya menganggap bahwa masalah banyak orang yang dalam bekerja fokusnya ngumpulkan uang sebanyak-banyaknya walaupun melalui cara tidak halal adalah karena lemahnya literasi finansial yang dimilikinya selain itu kurangnya kesadaran atas manfaat apa dari apa yang saya lakukan ini. Ketika bekerja mereka cenderung tidak enjoy dan bahagia karena mereka tidak mengerti kenapa mereka ada disitu. Namun karena terdesak kebutuhan ekonomi makanya mereka bertahan dan tidak tahu arah jalan pulang (tersesat dalam dunia yang tidak dikenalnya).

Yang kedua yaitu di Indonesia Segalanya butuh uang lupakan keadilan sosial. Dalam hal ini, untuk mengakses layanan yang terbaik membutuhkan uang seperti pelayanan kesehatan (BPJS Maaf minggir dulu), Sekolah terbaik juga bukan yang gratis. Bahkah ketika memiliki uang maka kita bisa mendapatkan kemudahan disemua urusan termasuk menyelesaikan masalah hukum "semua bisa diatur". Faktor ini yang membuat orang-orang berfikir bahwa menjadi Kaya adalah keharusan.

Yang ketiga tidak meratanya pembangunan sehingga akses layanan terkumpul di kota. Orang yang berada di desa dan rentan miskin tidak memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, dan layanan lain secara maksimal. Di desa dan pelosok hanya mendapat tenaga-tenaga yang kelas rendah yang kompetensinya mungkin perlu dipertanyakan karena kita masih menganut peribahasa " Tak Ada Rotan Akarpun Jadi". Yang menyebabkan banyaknya tindakan yang kurang tepat dalam pelaksanaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun