Mohon tunggu...
Dori Djola
Dori Djola Mohon Tunggu... Lainnya - Tanpa Batas

Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menolak Lupa, Tan Malaka dan Paranoia terhadap Sejarah

16 November 2022   07:56 Diperbarui: 16 November 2022   08:12 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara tentang Indonesia ada satu nama yang tidak boleh di lupakan.

Ia adalah Tan Malaka,Melalui bukunya pada tahun 1925 Tan Malaka menyampaikan sebuah gagasan tentang republik yang berdiri di atas tanah airnya.
 
Tan Malaka lahir di tanah minangkabau sebagai bayi laki-laki bernama ibrahim.

Nama Tan Malaka ia dapatkan melalui prosesi adat Minangkabau, yang kelak nama Tan Malaka lebih di kenal.

Bersama Sarekat Islam Tan Malaka menjadi penggerak gerakan Rakyat dalam memperjuangkan keadilan dan melawan penindasan dari kolonialisme Belanda.

Sarekat Islam terbagi menjadi dua kelompok, dan salah satu kelompok merupakan cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tan Malaka bergabung dengan PKI dan sempat menjadi ketua PKI pada tahun 1921.

Pada 1926 PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah belanda, dan Tan Malaka menolak dengan alasan rakyat belum siap.

Karena sudah tidak sepaham lagi dengan PKI akhirnya Tan Malaka keluar dari PKI.

Perjuangannya yang radikal menurut pemerintah kolonial Belanda membuatnya hidup dalam pelarian dan persembunyian.

Ditengah pelarian Tan Malaka menulis buku paling fenomenal yaitu Madilog, yang mendorong pembaca berfikir logis.

Pasca kemerdekaan Indonesia Tan Malaka mengerakan perjuangan rakyat yang menuntut kemerdekaan 100%.

Karena tidak sejalan dengan pemerintah Soekarno Hatta, Tan Malaka dan pengikutnya dianggap ancaman.

Tan Malaka menghembuskan nafasnya terakhir setalah tubuhnya di hantam timah panas tentara Indonesia.

Miris memang Tan Malaka mati di tangan bangsa yang telah Tan Malaka  perjuangkan.

Nasib malang tidak hanya di timpah Tan Malaka hingga akhir hayatnya, setelah kematian Tan Malaka mendapatkan perlakuan kurang pantas.

Orde Baru seolah menyembuyikan nama dan jasanya, hal ini dapat dipahami dari buah kebencian Orde Baru dari paham-paham kiri-kiri.

Pada 2014 acara beda buku dan diskusi Tan Malaka pernah di bubarkan oleh sebuah Ormas.

Hal ini dapat dipahami dengan ketakutan berlebih masyarakat akan halal yang berbau komunisme.

Ketakutan seperti ini bisa jadi karena kurangnya literasi masyarakat yang berbanding terbalik dengan tingginya doktrin kebencian dari pemerintahan terdahulu terhadap pemikiran tertentu.

Sudah saat ketakutan terhadap sejarah dihilangkan, karena dari sejarah kita belajar banyak hal untuk masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun