Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Penulis

.

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengenal Rasa, Mengenal Diri, Mengenal Sang Cipta Rasa

30 Mei 2023   11:59 Diperbarui: 30 Mei 2023   12:16 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Cipta Rasa. Gambar oleh Pecandu Sastra2023/dokpri

Review Buku "Sang Cipta Rasa" Karya Fahd Pahdepie Republika

"Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu. Mengenal diri adalah upaya untuk mengenal Tuhan." Demikianlah, semua perjalanan rasa akan bermuara kepada Sang Pencipta Rasa.


Membaca Sang Pencipta Rasa memberikan warna baru, semangat, dan energi. Tidak hanya sebatas hiburan di tengah gersangnya kepercayaan terhadap diri yang sedang diuji, juga sebagai obat untuk tetap yakin bahwa hidup harus terus diperjuangkan sampai titik akhir.


Buku ini tidak hanya menyajikan kata-kata bijak, ada banyak kisah dan cerita yang perlu kita ambil hikmah. Tentang perjalanan dan lika-liku kehidupan, terlebih dari pelbagai pengalaman yang telah penulis lalui.


Tentang menemukan diri, memahami, dan menyelaraskannya dengan kehidupan yang penuh dengan misteri.


Tidak hanya menyajikan kisah, juga memberi penerang untuk memandu perjalanan menemukan diri. Penuh inspirasi dan ajakan untuk berbenah diri, disajikan tanpa menggurui, dan memberikan keyakinan diri untuk terus berlari. Tidak sekadar merefleksikan hikmah dari cerita hidup penulis, namun mengajak pembaca untuk hijrah mengenal diri lebih dekat dan merasakan keindahan hidup menuju Sang Pencipta Rasa.

Belajar Dari Filosofi Shalat!

Ada satu hikmah yang saya petik dari buku Sang Cipta Rasa, menurut saya hal ini perlu dipublikasikan dan disebarluaskan agar manfaatnya banyak orang dapatkan. Ia berhubungan dengan agama juga sebagai pilar kehidupan. Cerita ini saya kutip dari sepenggal kisah yang penulis bagi dari pengalaman bersama gurunya.

Di dalam diri kita masing-masing terdapat api, yang mana harus kita kendalikan dan kita tundukkan kedudukannya, jika tidak maka ia akan menjadi boomerang bagi diri. Api yang tegak lurus dan menyala-nyala yang dapat menjadikan manusia menjadi mahluk yang memiliki ego, kesombongan, bahkan amarah di atas rata-rata dari mahluk lainnya. Seperti api yang membakar jika kita gagal mengendalikannya, maka diri kita pun akan terbakar jika gagal dalam menundukkan api di dalam diri kita tersebut.

Api memiliki sifat tegak-lurus. Coba kalian praktikkan; ambil sebuah korek, lalu nyalakan. Miringkan korek tersebut yang sudah menyala kearah mana saja yang kalian kehendaki, maka secara alamiah api tersebut akan tetap ke atas, mencari ketinggian.

Kita semua harus punya sikap api. Tegak lurus dan selalu berorientasi kepada Yang Luhur. Seperti huruf Alif. Akan tetapi api itu jangan sampai menguasai diri kita dan berubah jadi kesombongan dan keangkuhan. Rasa paling 'aku.'

Kita harus belajar menundukkannya. Oleh karenanya, kita diminta untuk shalat. Di dalam shalat kita berlatih untuk tegak seperti api. Lalu tunduk rukuk mengenal sifat angina. Kemudian sujud mempelajari sifat air. Kita juga diajarkan duduk membumi, menyatu dengan sifat tanah.

Namun, bukan berarti sifat api itu jelek, sehingga harus ditundukkan. Api yang membakar diri, hawa nafsu, ego, kesombongan, amarah, itulah yang harus ditundukkan. Angin dan air bisa menundukkan api, bahkan air pun bisa memadamkannya. Itu sebabnya ketika kita sujud begitu terasa adem, rasanya semua ego jadi lebur, semua amarah luruh, segala persoalan hanyut. Sebab ada air yang memadamkan api.

Dalam shalat, kita juga diminta duduk tenang di antara dua sujud, juga duduk tahiyat. Di sana kita menjadi tanah yang kokoh, membumi. Kita diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah.


Identitas Buku:

Judul                          : Sang Cipta Rasa

Penulis                        : Fahd Pahdepie

Penerbit                      : Republika

Tahun Terbit             : 2023

Jumlah Halaman       : 270 Halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun