Kebanyakan dari kita banyak mengedepankan ego, merasa paling layak dan paling benar. Hingga lupa, hakikat kehidupan sejatinya seperti apa.Â
Baca Juga: Â Penuh Pesan Moral, 'Wani Ngalah Luhur Wekasane' Buku Islami yang Ringan
Kita selalu berlomba-lomba ingin dimuliakan oleh manusia dan mendapat pengakuan darinya. Jangankan mengalah, berkorban untuk sesama. Sekadar salah panggil atau ada gelar yang tidak disebutkan saja kita sudah bereaksi luar biasa. Kadang merajuk, seakan nggak dihargai. Padahal kita itu sama dihadapan Sang Pencipta.Â
Berkaca dari Pak Nur, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan Allah jadikan kita orang dermawan yang beriman. Yang mampu mengendalikan ego, bukan dikendalikan oleh ego.Â
Sangatlah beruntung bagi siapa saja yang didera rindu kepada Sang Nabi. Semoga kita pun Allah ridhai merindu pada sang Murobbi, Allahumma Shalli Wassalim Ala Sayyidina Wamaulana Muhammadin Adada ma Fi'ilmillahi Shalatan da Imatan Bidawami Mulkillahi; "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW sebanyak bilangan yang ada dalam bilangan Allah, dengan rahmat yang abadi se-abadi kerajaan Allah."
"Beruntunglah orang yang pernah melihatku, kemudian beriman kepadaku dan beruntunglah orang-orang yang beriman kepadaku, padahal ia tidak pernah melihatku," sabda Nabi saw., dalam Musnad Imam Ahmad.Â
"Teman terbaik kalian dalam menghadapi tantangan hidup adalah iman dan ilmu. Ilmu adalah investasi terbaik yang akan terus mendatangkan keuntungan setiap saat," halaman 89.
"Penyakit orang alim itu biasanya takabur, sombong,"Â halaman 59.
"Jadilah seperti bumi. Lihatlah keikhlasan bumi. Bila segala yang busuk dan buruk dilempar dan ditanam ke dalamnya, bumi tetap setia menumbuhkan buah-buahan yang segar dan harum. Menumbuhkan tetumbuhan, tanaman, dan rerumputan yang menjadi bahan makanan mahluk Allah di atas muka bumi ini. Meski ia diinjak-injak setiap saat, ia tidak pernah mengeluh,"Â halaman 117.
Identitas Buku:
Judul:Â Merindu Baginda Nabi