Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Penulis

.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Penuh Pesan Moral, 'Wani Ngalah Luhur Wekasane' Buku Islami yang Ringan

17 November 2022   10:19 Diperbarui: 17 November 2022   10:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kalah berarti tidak menang atau dalam keadaan tidak menang; diungguli lawan. Sedangkan, kata mengalah artinya mengaku kalah, dengan sengaja kalah (menyerah), tidak mempertahankan pendapat, tuntutan, dan sebagainya. 

Kalah bisa dimaknai tidak bisa menang karena kekurangan kekuatan, kemampuan, atau segala sesuatu yang bisa dijadikan senjata untuk menang. Sedangkan mengalah bukan berarti kalah. Secara kemampuan ia unggul, bahkan ia dapat mengungguli lawan. Bisa jadi sesungguhnya ia sudah menang, tetapi ia berniat untuk menjadi pemenang. Hal ini tentunya pasti memiliki maksud tersendiri. 

Sikap mengalah ini sebenarnya sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kita naik bus atau kereta, ada orang tua yang sudah renta atau tidak kuat berdiri. Mereka baru naik dan tidak mendapatkan tempat duduk.  Lalu ada orang yang menawarkan tempat duduknya dengan alasan basa-basi jika ia sebentar lagi akan turun, atau dengan alasan lain untuk menyenangkan hati orang tadi. 

Ketika kita sedang mengantre di ATM misalnya, dalam antrean panjang ada ibu-ibu hamil. Ada seorang yang tiba-tiba mempersilahkan ibu hamil tadi untuk menempati tempatnya yang di depan, padahal ia sudah antre lama dan panjang. 

Alasan mengalah bisa berbeda-beda. Ada yang mengalah karena pertimbangan kemanusiaan. Misalnya, dalam kondisi darurat keselamatan jiwa harus didahulukan. Ada juga yang mengalah karena pertimbangan moral, mendahulukan yang tua ketimbang dirinya yang merasa lebih muda. Ada lagi yang mengalah sebab pertimbangan relasi. Mungkin karena hubungan keluarga, cinta, pekerjaan, dan lainnya. 

Apapun alasannya, sikap mengalah itu dapat menciptakan suasana damai dan menjaga tatanan sosial menjadi lebih baik. Karena sikap mengalah itu prinsipnya ialah menghindari konflik. Ia akan mengesampingkan ego pribadi demi kebahagiaan orang lain, itu perbuatan mulia. Walau ia harus menunda tercapainya tujuan untuk diri sendiri. 

 "Siapa yang berani mengalah pada akhirnya akan mendapatkan kemuliaan," halaman 10.

Buku Wani Ngalah Luhur Wekasane - Jalan kembali seorang muslim; berisi ajaran moral yang diambil dari penggalan syair Mijil yang telah diubah Sunan Kudus (Jafar Shadiq) sebagai lentera bagi pencari kearifan jiwa dan hati. 

Memaknai hidup ngalah yang sebenarnya adalah sebagai pemenang dalam kehidupan. Umumnya orang berani maju untuk menang, namun ini justru sebaliknya. Jadi, orang yang berani mengalah sesungguhnya ia telah memenangkan pertempuran hebat, yakni pertempuran melawan dirinya sendiri. 

Nabi Muhammad saw. adalah contoh teladan yang paling baik. Dialah manusia luhur wekasane yang benar-benar wani ngalah dalam seluruh hidupnya. Pantulan cahayanya hanya bisa ditangkap oleh hati yang menghamba kepada-Nya. Kemudian, luhurlah orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya. 

Hadirnya buku ini dimaksudkan oleh penulis guna menyemai kembali jiwa dan hati kita yang semakin hari semakin layu, semakin carut-marut. Setidaknya, menurut penulis, hal itu tercermin dalam tatanan kehidupan yang semakin susah untuk diatur. 

Kriminalitas masih menunjukkan grafik meningkat, korupsi belum ada tanda-tanda untuk sembuh, nyawa pun seperti tidak berharga. 

Banyak penjabaran yang penulis paparkan lebih detail mengenai sifat wani ngalah ini. Diperkuat dengan pendekatan terhadap Al-Quran dan Hadist, juga filosofi lainnya yang akan membuka pikiran pembaca. Bagaimana kita sebagai seorang muslim dalam menjalin kehidupan antar sesama. 

Sikap ngalah ini sebagai kekuatan yang menjaga kedamaian dan ketenteraman. 

Buku yang tersusun dari lima bab utama ini, memang bukanlah sesuatu yang sempurna. Apa-apa yang penulis paparkan tidak akan berarti jika kita enggan mengambil hikmah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Ditulis dengan bahasa sederhana-ringan, sehingga memudahkan bagi siapa saja mampu menyerap dan memetik hikmah padanya. 

Identitas Buku:

Judul: Wani Ngalah Luhur Wekasane

Penulis: Abu Azzam

Penerbit: Republika

Jumlah Halaman: 266 hlm

Tahun Terbit: 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun