Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kalah berarti tidak menang atau dalam keadaan tidak menang; diungguli lawan. Sedangkan, kata mengalah artinya mengaku kalah, dengan sengaja kalah (menyerah), tidak mempertahankan pendapat, tuntutan, dan sebagainya.Â
Kalah bisa dimaknai tidak bisa menang karena kekurangan kekuatan, kemampuan, atau segala sesuatu yang bisa dijadikan senjata untuk menang. Sedangkan mengalah bukan berarti kalah. Secara kemampuan ia unggul, bahkan ia dapat mengungguli lawan. Bisa jadi sesungguhnya ia sudah menang, tetapi ia berniat untuk menjadi pemenang. Hal ini tentunya pasti memiliki maksud tersendiri.Â
Sikap mengalah ini sebenarnya sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kita naik bus atau kereta, ada orang tua yang sudah renta atau tidak kuat berdiri. Mereka baru naik dan tidak mendapatkan tempat duduk. Â Lalu ada orang yang menawarkan tempat duduknya dengan alasan basa-basi jika ia sebentar lagi akan turun, atau dengan alasan lain untuk menyenangkan hati orang tadi.Â
Ketika kita sedang mengantre di ATM misalnya, dalam antrean panjang ada ibu-ibu hamil. Ada seorang yang tiba-tiba mempersilahkan ibu hamil tadi untuk menempati tempatnya yang di depan, padahal ia sudah antre lama dan panjang.Â
Alasan mengalah bisa berbeda-beda. Ada yang mengalah karena pertimbangan kemanusiaan. Misalnya, dalam kondisi darurat keselamatan jiwa harus didahulukan. Ada juga yang mengalah karena pertimbangan moral, mendahulukan yang tua ketimbang dirinya yang merasa lebih muda. Ada lagi yang mengalah sebab pertimbangan relasi. Mungkin karena hubungan keluarga, cinta, pekerjaan, dan lainnya.Â
Apapun alasannya, sikap mengalah itu dapat menciptakan suasana damai dan menjaga tatanan sosial menjadi lebih baik. Karena sikap mengalah itu prinsipnya ialah menghindari konflik. Ia akan mengesampingkan ego pribadi demi kebahagiaan orang lain, itu perbuatan mulia. Walau ia harus menunda tercapainya tujuan untuk diri sendiri.Â
 "Siapa yang berani mengalah pada akhirnya akan mendapatkan kemuliaan," halaman 10.
Buku Wani Ngalah Luhur Wekasane - Jalan kembali seorang muslim; berisi ajaran moral yang diambil dari penggalan syair Mijil yang telah diubah Sunan Kudus (Jafar Shadiq) sebagai lentera bagi pencari kearifan jiwa dan hati.Â
Memaknai hidup ngalah yang sebenarnya adalah sebagai pemenang dalam kehidupan. Umumnya orang berani maju untuk menang, namun ini justru sebaliknya. Jadi, orang yang berani mengalah sesungguhnya ia telah memenangkan pertempuran hebat, yakni pertempuran melawan dirinya sendiri.Â
Nabi Muhammad saw. adalah contoh teladan yang paling baik. Dialah manusia luhur wekasane yang benar-benar wani ngalah dalam seluruh hidupnya. Pantulan cahayanya hanya bisa ditangkap oleh hati yang menghamba kepada-Nya. Kemudian, luhurlah orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya.Â