Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebangkitan di Salib dan Kematian dalam Narasi Media Sosial

16 April 2022   02:49 Diperbarui: 16 April 2022   10:00 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para hakim di pengadilan itu adalah akun-akun yang berjubah kecerdasan instrumentasi. Penuh kepiawaian. 

Dua ribuan tahun kemudian, memori media sosial itu ternyata tak berubah sampai hari ini. 

Hari ini tak beda dengan dua ribuan tahun lalu. Kuasa daging terus bertahta dalam setiap tombol-tombol. Dalam setiap akun-akun. Dalam meme. Dalam setiap emoticon. Pada setiap pejuang perdamaian dan keadilan. Pada orang-orang miskin dan menderita.

Kita tanpa sengaja, atau justru dengan penuh kesadaran menjadikan diri hakim,  menjauhi kuasa roh. Demi eksistensi diri di media sosial.

Namun pesan cinta kasih, keselamatan dan kebangkitan dari Lelaki Kurus Berambut Panjang itu tak pernah lelah bersuara di dalam hati nurani. 

Coba kita sejenak hentikan tarian jari-jari di atas tombol itu. SuaraNya akan lebih jelas terdengar.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun