Untung saya ingat pengalaman lalu ketika melintas tulisan Topik Pilihan Kompasiana tentang UTBK-SBMPTN. Saya tulis artikel ini agar jadi perhatian penting untuk para orang tua yang anak-anaknya tahun ini lulus SMA dan akan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
Dua tahun lalu secara berturut-turut (2020 dan 2021) saya mendapat pesan via WA dari beberapa teman dan saudara sepupu menjelang UTBK -SBMPTN. Pesan itu saya terima sekitar bulan April-Mei.Â
Seingat saya pada masa itu, pelajar SMU bersekolah dengan sistem kelas Online karena Pandemi Covid 19. Tidak ada kelas Offline.Â
Mereka ingin diskusi sedikit tentang rencana pemilihan jurusan di PTN untuk anak-anak mereka. Termasuk beragam test yang harus dijalani dan biaya kuliah. Ada juga yang minta bantuan "masukin" anaknya di PTN tempat saya mengajar lebih 20 tahun. Hiks...
Kebetulan mereka "taunya" bahwa saya staf pengajar tetap Fakultas Teknik di sebuah PTN besar. Dan kebetulan pula, saya "sedikit mengikuti perkembangan" Â sistem seleksi calon mahasiswa masa kini.Â
Perlu dipahami, tidak semua dosen--khususnya dosen zaman Old--mengikuti perkembangan informasi cara baru sistem seleksi PTN yang sekarang serba online. Apalagi para dosen yang tidak terikat tugas struktural di kampus. Mereka taunya Mengajar, Meneliti, Pengabdian Masyarakat dan "ngemroyek"...#eeh!
Urusan administrasi pendaftaran mahasiswa ditangani Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian, yang zona gedungnya berbeda dengan gedung-gedung perkuliahan. Antara tugas dan kewenangan Dosen dengan bagian Akademik dan Kepegawaian memang berbeda.Â
Zaman saya dulu, sistem pendaftaran dan seleksi mahasiwa masih "kuno", namanya Sipenmaru-UMPTN. Kalau mau daftar masuk PTN mesti antri. Mulai dari pembayaran formulir di Bank BNI, yang dilanjutkan antri beli formulir di loket kampus sejak pagi sekali! Bahkan ada yang sejak subuh sudah ambil posisi di depan loket BAUK Kampus.
Kalau antri puanasnya rek! karena loket pendaftaran umumnya  menghadap lapangan luas, dengan besaran tenda yang tidak sebanding panjangnya antrian calon mahasiswa.Â
Lama pendaftaran bisa 3 hari. Belum lagi sistem verifikasi berkas-berkas dilakukan dari pagi sampai sore. Setiap orang dipanggil satu-satu oleh petugas di aula pendaftaran.
Namun sekarang sistemnya berbeda. Semua serba online yang bisa dilakukan di rumah. Tidak ada antrian seperti "zaman old". Disinilah kisah awal dimulai !
Registrasi akun LTMPT dilakukan pada 14 Februari sampai 17 Maret 2022.
Kembali ke laptop. Setelah panjang lebar ngobrol soal jurusan dan lain sebagainya, lalu saya jelaskan bahwa sistem seleksinya berbeda dengan "zaman kita kuliah dulu"! Heu heu heu...Maklum, rata-rata teman dan sudara saya itu satu zaman dengan saya.
Saya tanya mereka apakah anak mereka sudah memiliki akun LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi)Â yang pendaftarannya sejak bulan Februai-Maret lalu?
Mereka kaget! Apa itu akun LTMPT? Kok mendaftaran masuk PTN pada bulan Februari-Maret? Bukankah bulan-bulan itu anak-anak baru memasuki semester (akhir kelas 3) persekolahan? Bukankah pendaftaran dan seleksi masuk PTN dilakukan setelah Ebtanas (Ujian Nasional)? Bukankah biasanya tes UMPTN pertengahan bulan Juni?Â
Saya kembali jelaskan tentang sistem pendaftaran, seleksi dan keberadaan LMPT dan tentang akun tersebut. Ini sistem "zaman now"!
Mereka kemudian menanyakan soal akun LMPT ke anak-anaknya. Yaaa ammpun ! Disinilah pangkal "Cilaka 12" itu bermula. Â
Ternyata anak-anak mereka lupa atau tidak tahu adanya pendaftaran atau pembuatan akun LMPT! Padahal masa pembuatan akun itu cukup lama, yakni sebulan!
Pada masa Pandemi Covid 19 anak-anak mereka tidak pernah pergi ke sekolah karena memang aturan pemerintah saat itu semua sekolah melalui online.Â
Sistem online sejatinya mendekatkan anak-anak pada informasi. Namun anak-anak mereka lebih keasikan main game, nonton you tube, instagram, medsos lainnya saat tidak jam belajar. Tidak ada kawan-kawan atau dewan guru bertemu secara fisik yang bisa saling mengingatkan secara terus menerus. Tidak ada  iklim fisik  yang memuat suasana "persiapan masuk kuliah". Inilah sumber petaka tersebut.
Teman dan saudara saya itu kecolongan. Anak-anak mereka tidak mempunyai akun LMPT. Akibatnya, mereka tidak bisa mengikuti seleksi SBMPTN.
Sangat disayangkan! Padahal, kesempatan tes itu ada dua kali. Bila tidak lulus SBMPTN (seleksi nasional), anak-anak bisa ikut test mandiri universitas. Salah satu syaratnya adalah punya akun LMPT.
Jadi, Â mohon Ibu/Bapak mulai sekarang cek apakah anak-anak anda sudah punya akun LMPT! Pendaftaran sudah dimulai 14 Februari 2022 lalu, dan berakhir Tanggal 17 Maret 2022 pukul 15.00 nanti!
Ini Link LMPT : https://portal.ltmpt.ac.id
Registrasi akun LTMPT dilakukan pada 14 Februari sampai 17 Maret 2022.
Mengenai penjelasan apa dan bagaimana LMPT ada di link tersebut dan sumber lainnya di mbah google. Kalau masih penasaran, Ibu/Bapak juga bisa datang ke sekolah anak anda untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
Masih ada waktu 5 hari dari sekarang. Inga'...inga' untuk registrasi! Jangan sampai lupa atau terlewatkan!Â
Ibu/Bapak akan percuma merencanakan atau mendiskusikan pilihan jurusan kuliah anak-anak anda untuk masuk PTN bila pendaftaran/pembuatan akun LMPT terlewatkan.
Semoga tulisan ini berguna. Ini tulisan serius, ndak boleh ketawa, ya! Hadeuh...walau hampir nganu, saya lega bisa mengingatkan lewat tulisan sederhana ini. Celeguk!
---Â
Peb2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H