Hampir setahun saya tidak menulis di Kompasiana karena kesibukan bergaul dengan para tukang bangunan dan kerja studio disain. Sebagai arsitek, saya menikmati dunia pragmatis itu.
Beberapa Kompasianer menghubungi saya dan  mempertanyakan soal isu politik yang berkembang dan sedang seru-serunya saat itu. Tapi saya tidak bisa menjawabnya karena memang tidak mengikuti secara detail perkembangan politik.Â
Waktu itu ada Kompasianer yang mengkritisi ketidakperdulian saya pada isu politik. Lebih lanjut dia mempertanyakan tanggungjawab saya yang militan jadi pendukung Jokowi di Kompasiana, namun setelah beliau terpilih kembali seolah tidak perduli, tidak kritis, dan seterusnya.Â
Saat itu Jokowi diserang berbagai pihak terkait sejumlah kebijakannya yang dianggap kontroversial. Sedangkan saya sama sekali tidak menampakkan diri menulis politik di Kompasiana.
Usai Pilpres 2019, saya kok jadi capek kalo diajak mikir politik. Hahahahaha! Padahal dulu getol bingiits...
Setelah hampir setahun cuti menulis di Kompasiana, saya kemudian menulis lagi tapi bukan artikel politik, melainkan Humor dan Sepakbola. Saya suka humor, dan juga suka sepakbola. Dulu waktu muda, pernah jadi pemain inti yunior tingkat provinsi.
Kebetulan iklim artikel politik tidak begitu masif lagi di Kompasiana. Suasana Kompasiana sudah berubah. Artikel politik tidak lagi jadi panglima. Tidak lagi jadi idola. Dan, teman-teman penulis Politik pun sudah nganu entah kemana.Â
Di sisi lain, saya tidak bernafsu pada politik. Kalau saya mendengar orang bicara politik, atau ndak sengaja nonton berita politik di televisi, apalagi debat politik saya tiba-tiba ingat wajah-wajah para tukang bangunan di proyek tempat saya nongkrong sehari hari.Â
Mereka bekerja keras demi sesuap nasi, menghidupkan anak istrinya. Setiap hari Aabtu menerima gaji harian (7 hari). Kalau tidak masuk kerja satu hari, otomatis hitungan upah berkurang sehari.
Mengapa mendengar soal kisruh politik kemudian saya ingat wajah mereka? Why? Entahlah, embuh...tapi aku tetap rapopo.
Nah, kemarin saya mencoba bikin artikel politik lagi. Kebetulan saya mendadak nafsu setelah dikagetkan berita seorang tokoh politik Golkar yang dulu pernah saya kagumi soal performance politisnya. Si tokoh itu kini jadi tersangka korupsi dan ditahan KPK.