Apalagi bila diperhatikan, situs itu masih berbaik hati. Mereka mencantumkan nama penulis, dan sumbernya.
Ibarat suatu produk yang butuh "marketing" oleh pihak lain. Banyak artis bisa ngetop karena dibicarakan infotainmet yang diproduksi tak hanya satu PH (Production House). Dan  tak hanya oleh tim manajemennya.Â
Kalau untuk ngetop dan hanya mengandalkan Kompasiana, mungkin daya sebarnya relatif terbatas karena keterbatasan jumlah SDM, perangkat, waktu, fokus kerja dan lain sebagainya.Â
Apalagi admin sekarang sangat sibuk menghadapi protes para Kompasianer yang tidak puas terhadap performance Kompasiana saat ini, misalnya karena fokus sayang admin lebih kepada kanal dan tema topik pilihan tertentu yang tidak nganu dimata Kompasianer.Â
Ada juga protes Kompasianer tidak kebagian K.Rewards, jarang mendapatkan label Artikel Utama atau Headline, Pilihan, Terpopuler, Nilai Tertinggi, Â artikel ditunda jam tayangnya, atau malah dihapus admin.
Saya memahami kegundahan Kompasianer yang artikelnya dicuri situs itu. Saya berempati, walau cara saya menyikapi fenomena itu berbeda dengan Kompasiner lainnya.Â
Hal terpenting tidak perlu risau tulisan anda dijiplak ke situs lain, dan jangan hentikan kesukaan pada dunia menulis. Kasihan para penjiplak nanti tidak ada kegiatan dan bahan, sehingga mereka jadi stress karena mati angin.
Fenomena artikel Kompasiana dijiplak situs lain sudah terjadi sejak dulu. Beberapa situs atau blog komersial menciplak dan memajang artikel-artikel para Kompasianer. Pada kasus-kasus terdulu itu, mereka memilih artikel dan penulis tertentu, jadi mereka tidak menjiplak dan memuat semua artikel para Kompasianer.
Sejumlah Kompasianer yang jadi korban jiplakan bereaksi keras! Mereka menuliskannya dalam bentuk artikel di Kompasiana. Lalu mereka mendapatkan dukungan moril dari sesama Kompasianer korban mapun saksi. Lalu bagaimana penyelesaiannya? Tidak jelas.