Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalau Sampai Awal Agustus Tak Kembali ke Indonesia, Shin Tae-yong Dipecat Saja

26 Juli 2021   04:08 Diperbarui: 26 Juli 2021   06:53 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 press conferenceTim manajemen Timnas Indonesia terkait coach STY hasil sisa laga Pra-Piala Dunia. Sumber gambar ; kompas.com 

Cara coach STY tersebut seperti sebuah taktik politik untuk mendapatkan simpati publik Korea Selatan, mengingat publik Korea Selatan sangat menghormatinya. Sementara di sisi lain coach STY belum berprestasi (gagal) dalam mengangkat marwah Timnas Indonesia. 

Menjadi sebuah dugaan dan pertanyaan besar; coach STY bermain politik playing victim  tersebut apakah untuk menutupi kegagalannya mengangkat Timnas Indonesia? 

Sikap coach STY terkesan "paradoksal". Dia menuntut jajaran elit timnas PSSI untuk disiplin dan profesional, namun berbagai kebiasaan coach STY  sendiri sangat jauh dari sikap profesional, semena-mena seolah dia lebih berkuasa dan tidak mau dipersalahkan atau dibantah. 

Selama ini pihak PSSI bersikap sabar dan tidak mau bersikap frontal mengungkapkannya di media.  Namun ketika coach STY sendiri yang 'berkicau' ke media---cilakanya dilakukan ke media Korea Selatan-- sehingga membuat sejumlah pihak di tubuh PSSI/Timnas Indonesia harus buka suara, minimal membuat klarifikasi. Bagaimanapun, PSSI merupakan lembaga resmi mewakili Indonesia yang tidak bisa dideskreditkan seenaknya di luar negeri.

Kondisi relasi kerja coach STY dengan manajemen timnas Indonesia menjadi tidak begitu kondusif. Sikap arogan dan  rasa superioritas seorang STY kiranya tidak bisa dibiarkan berlama-lama karena bisa merusak ekosistem pengembangan Timnas Indonesia itu sendiri.

Masih banyak pelatih luar negeri atau dalam            negeri yang kiranya cocok melatih Timnas Indonesia. Pelatih itu haruslah sosok yang sportif, profesional, tidak punya interest personal, dan humanis. Jadi, bukan seorang pelatih yang arogan terhadap pihak manajemen Timnas Indonesia dan induk organisasi PSSI. 

Kalau hanya arogan dan superiorita terhadap para pemain sich boleh saja, karena secara hirarkis pelatih diatas pemain. Dan pemain harus tunduk kepada pelatih.

Tapi terhadap tim manajemen kepelatihan dan induk organsisasi, seorang pelatif sejatinya berada dalam satu level kolegalitas kerja. Tidal boleh arogan dan semena-mena. Ada hak dan kewajiban dalam kontrak yang harus dipatuhi.

Kita lihat saja nanti, kalau merasa dirinya profesional, apakah coach STY kembali ke Indonesia bulan Agustus sesuai janjinya? 

Apapun kondisi Jakarta bukan dijadikan alasan karena pandemi ini merupakan musibah global, yang juga menimpa Korea Selatan.

Kalau coach STY masih bertingkah seperti sebelumnya, sebaiknya PSSI mengambil keputusan tegas ; pecat saja coch STY. Jangan takut dengan nama besar STY. Ini juga bisa jadi pembelajaran dia dikemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun