Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Vs Belgia, Proyek Euro 2020 Penghancur Kesempurnaan

3 Juli 2021   06:11 Diperbarui: 5 Juli 2021   01:13 5614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret suasana para pemain Italia merayakan kemenangan atas Austria pada babak 16 besar Euro2020. Italia bertemu Belgia di babak 8 besar. Sumber gambar ; tribunnews.com

Dalam Euro 2020, Italia dan Belgia merupakan pasangan sempurna, laksana pangeran tampan dan puteri cantik sebuah kerajaan dalam cerita komik. Mapan. Penuh cinta dan dicintai banyak orang. Hanya penjahat yang tega menghancurkan mereka. Kali ini, penjahatnya adalah sistem pada Euro 2020 project. 


Kedua tim akhirnya dipaksa untuk saling meniadakan di saat kesempurnaan sedang manis-manisnya tersemat. Hanya ada satu yang berlanjut, sementara satunya lagi tinggal kenangan. 

Langkah kesempurnaan ' Gli Azzuri ' Italia akhirnya berlanjut. Mereka melenggang ke semifinal dengan skor 2 :1 dikantongi sebagai tiket, setelah pertarungan 2x45 yang membakar emosi kedua tim, diiringi rasa was-was para pencintanya menjadikan Belgia tak lagi sempurna. 

Italia pun menjadi tak sepenuhnya sempurna, walau sistem menyatakan sebagai pemenang. Ini bukan semata soal kemenangan 2 ; 1, melainkan soal cara Italia meninggalkan Belgia. 

Duel Belgia vs Italia pada perempat final Euro 2020 di Allianz Arena, Muenchen, Jerman, Sabtu (3/7/2021) dini hari WIB.(AFP/STUART FRANKLIN), kompas.com
Duel Belgia vs Italia pada perempat final Euro 2020 di Allianz Arena, Muenchen, Jerman, Sabtu (3/7/2021) dini hari WIB.(AFP/STUART FRANKLIN), kompas.com

Satu gol terjadi di gawang Italia karena kerasnya pemain Italia Giovanni Di Lorenzo pada menit akhir babak pertama menghajar pemain Belgia Jeremi Doku, sehingga Italia mendapatkan hukuman pinalti. Bagai sebuah kemarahan, Romelu Lukaku membalaskan dengan eksekusi yang tepat.

Giovanni Di Lorenzo harus lakukan itu karena di dalam pikirannya, Jeremi Doku akan merusak kesempurnaan yang telah Italia bangun sejak awal. Terlebih setelah rekan satu timnya yakni Nicolo Barella mencetak gol menit ke 31 dan Lorenzo Insigne pada menit ke 41 yang menandai skor 2 ;0 untuk kesempurnaan Italia. Apalagi sebelumnya gol Leonardo Bonuci di menit 13 dibatalkan wasit.

Sementara Jeremi Doku mungkin hanya berpikir sederhana saat penetrasi ke depan gawang Italia; "Belgia sudah tak lagi sempurna, tapi janganlah dipermalukan terlalu besar". 

Belgia sejak awal bersikap terbuka. Mereka menunjukkan cara bermain sesuai aslinya, yakni bagaimana bola mengalir secara dinamis dari kaki ke kaki, dari zona ke zona secara sederhana atau tidak rumit namun rapi dan indah. 

Tetap sikap ' Gli Azzuri ' Italia tidak konsisten. Tadinya mau terus terbuka, menari bersama ' Setan Merah' Belgia dalam satu irama permainan yang silih berganti sorot panggung untuk memberikan tontonan menarik. Namun kemudian di pertengahan babak pertama hingga selesai menjadi tertutup, mereka bangun benteng kokoh, tak mengijinkan Belgia bebas masuk lebih jauh ke halaman mereka.

Italia yang awalnya bermain terbuka, pada akhirnya kembali pada sejarah besarnya, yang pernah dibangun para leluhur sepakbola mereka, yakni penerapan pertahanan yang rapat, bagai  parkir bus. Mereka tak lagi perduli permainan indah atau tidak, melainkan pada pergerakan setiap pemain Belgia. 

Taktik "Man to man marking" yang mengarah pada nuansa Grendel "catenaccio"  dijadikan patokan bertindak saat "Setan Merah" Belgia masuk ke zona mereka. Italia masa kini boleh berbangga pada konsep baru -- yang terbuka,  agresif dan ofensif-- dibawah asuhan Roberto Mancini, tapi ketika terancam, mereka kembali ke selera asalnya dalam cara bertahan. Roh bermain bertahan dari leluhur pun mereka ajukan. Beruntung, di situ ada Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini--dua laskar veteran berideologi 'catenaccio' yang masih tersisa di tim Italia.

Mereka berkumpul rapat dan ramai di zona sendiri saat Belgia masuk halaman mereka. Pada situasi itu permainan Italia terlihat mengkuatirkan dimata penonton, dan seringkali menjadi sangat menjemukan!

Cara ini seperti sebuah naluri alami khas Italia yang tak bisa sepenuhnya mereka hilangkan. Soliditas para pemain belakang saat bertahan, serta penyerang yang rela turun melakukan tugas bertahan dengan dalam satu program adalah cara klasik Italia. 

laga Italia vs Belgia, sumber gambar tribunnews.com
laga Italia vs Belgia, sumber gambar tribunnews.com

Cara berpikir Italia dan Belgia dalam menjalankan kesempurnaan pada akhirnya menodai kesempurnaan mereka sendiri. Ini akibat pertemuan yang seperti dipaksakan. Harusnya mereka tak dipertemukan di simpul laga ini.

Rasa was-was yang sejak awal mengiringi pertarungan Italia dan Belgia kemudian berubah jadi tangisan pendukung Belgia setelah mereka melihat papan skor dan para pemainnya tertunduk lesu.

Belgia masih merasa tak percaya pada kenyataan beberapa detik usai wasit meniup pluit panjang. Tapi mereka harus pulang dengan kepala tegak, karena perlawanan sudah maksimal. Angka 2 ; 1 cukup adil untuk Italia dan Belgia yang setara di panggung Euro 2020.

Italia dan Belgia simbol kesempurnaan pencapaian prestasi sepakbola Euro2020 sampai babak 8 besar.  Tak banyak tim lain yang bisa begitu saja menyamai Italia dan Belgia.  Tapi salah satu kesempurnaan dari mereka harus diakhiri oleh proyek Euro 2020 di Allianz Arena, Muenchen, Jerman, Sabtu (3/7/2021) dimana mereka berdua jadi budak penjaga kesempurnaan itu sendiri.

----

Peb072021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun