Laga terakhir Timnas Indonesia sangat krusial,  dan menentukan nasib negara lain seperti UEA, Vietnam dan Malaysia. Masing-masing memiliki kepentingan, tapi tidak bagi Timnas Indonesia sendiri.  Vietnam dan Malaysia berharap Indonesa menang, sedangkan UEA tentu ingin Indonesia kalah.
Khusus bagi para pelatihnya, laga Indonesia turut menentukan nasib jabatannya. Kalau timnya gagal lolos kualifikasi grup G zona Asia, maka bukan tidak mungkin mereka dipecat.Â
Sudah jadi hukumnya bila pelatih suatu timnas ketar-ketir terkait nasib jabatannya bila gagal dalam suatu even. Pelatih Vietnam sendiri sempat bernazar akan pulang kampung bila kalah dari Timnas Indonesia. Dalam pemikirannya, mungkin cara itu lebih baik dan terhormat dibandingkan bila dipulangkan atau dipecat asosiasi sepakbola Vietnam. Belum lagi bila dihujat para penggemar sepakbola negera tersebut.Â
Pelatih Uni Emirat Arab juga tidak tenang. Kalau sampai kalah, akan dapat malu dan jabatannya terancam. Apalagi Timnas Indonesia merupakan juru kunci grup, dan secara peringkat dunia jauh di bawah Timnas UEA.
Beda halnya dengan pelatih Timnas Indonesia coach Shin Tae-yong dipastikan aman, walau Timnas Indonesa ditaklukkan Uni Emirat Arab dengan banyak gol.
Posisi aman Shin Tae-yong (Coach STY) itu bukan tanpa sebab. Saat resmi jadi pelatih Timnas Indonesia, babak kualifikasi Piala Dunia 2022 sudah berjalan, dan Timnas Indonesia dipastikan gugur akibat kekalahan-kekalah di laga sebelumnya, yang bukan tanggung jawab Shin Tae-yong.Â
Fokus kepelatihan Shin Tae-yon bukan pada Kualifikasi Piala Dunia, melainkan even lain yakni Sea Games di Vietnam bulan November 2021, Piala Asia 2023, membangun Timnas Indonesia yunior. Lebih dari itu, tugasnya adalah membangun kultur sepakbola baru Indonesia. Jadi, beban tugas coach STY bersifat jangka panjang.
Amannya  posisi Shin Tae-yong itu jadi pertanda dimulainya sebuah revolusi dalam kepengelolaan Timnas sepakbola Indonesia, yakni terputusnya budaya instan dalam menilai hasil kerja pelatih.
Sebelumnya, setiap pelatih yang tidak berhasil memenuhi target pada suatu satu even dianggap gagal atau langsung dipecat. Maka tak heran, pelatih timnas Indonesia sering berganti-ganti dalam rentang waktu yang pendek. Hal tersebut berbeda dengan nasib coah Shin Tae-yong, yang kini diberikan ruang yang luas dan panjang dalam membangun sepakbola Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H