Sejatinya, harapan besar pada partai politik adalah jadi agen pembangunan bangsa dan negara, baik dari dalam rezim pemerintahan maupun di luar rezim pemerintahan yang berkuasa.
Lalu apa yang bisa diharapkan dari sebuah partai besar bila pemimpinnya dilahirkan oportunistik dan "cacat fisik dan mentalitas" yang kekuasaannya diraih lewat cara malpraktek demokrasi bersama makelar politik?
Moeldoko sebagai "orang luar demokrat" Â dan para pendukungnya bisa jadi berada dalam rel berbeda, Â dan masing-masing memuat agenda tersembunyi, misalnya dendam politik dan personal masa lalu berbanding ambisi kekuasaan, perebutan ruang eksistensi, faktor finansial dan faktor X lainnya.
Lihatlah keanehan para pendukung Moeldoko yang notabene kader Demokrat tapi tidak punya nyali jadi Ketua Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang. Mereka justru memilih Moeldoko yang tak punya darah demokrat. Disisi lain, Moeldoko "kok mau-maunya" diajak melakukan "kudeta". Dari hal tersebut diduga kedua pihak masing-masing punya agenda tersebunyi dan berbeda dalam Partai Demokrat versi KLB.
Sejak awal terbentuk, masing-masing pihak sudah memegang kartu cacat politik yang jadi bom waktu, bisa sewaktu-waktu meledak ketika agenda tersembunyi satu dan sama lain secara subyektif tidak terakomodir.
Saat ini Indonesia sedang berada di rel menuju Indonesia Emas 2045, yang membutuhkan preseden demokrasi yang sehat sebagai energi. Mirisnya, bila kelak mereka masuk dalam pemerintahan dalam kapasitas pemimpin negeri ini, bukan tidak mungkin bom waktu itu meledak dan menguras energi bangsa ini sehingga menjauhkan capaian Indonesia Emas tersebut. Hal ini akan jadi dosa tak terampuni bagi segenap anak bangsa.
Disisi lain, munculnya KLB Partai Demokrat bersama Moeldoko memberikan pembelajaran penting bagi iklim demokrasi negeri ini. Setiap partai yang kini eksisis di percaturan politik harus lebih hati-hati dalam mengelola rumah tangganya. Bukan saja terhadap kader di internal partai yang bisa berubah jadi makelar politik, namun terhadap tokoh di luar partai yang oportunistik sehingga berpotensi merusak.
Pembuktian Kepemimpinan AHY
Bagi AHY dan Partai Demokrat yang sah sampai saat ini, munculnya KLB Partai Demokrat bersama Moeldoko menjadi batu ujian kepemimpinan AHY dalam kepengelolaan berbagai isu politik dan aksi nyata di tengah masyarakat. Mereka tak cukup hanya "merengek" dengan memproduksi narasi-narasi bombastis yang diperspektifkan publik bahwa Partai Demokrat sedang minta dikasihani karena terzolimi.
Mereka tak cukup hanya sibuk konferensi pers menangkis dan menyerang kubu Moeldoko di ruang publik, melainkan melakukan aksi besar dan nyata membantu rakyat banyak yang sedang dirundung berbagai bencana alam dan Pandemi Covid19.