Benda-benda di punggung perempuan itu terus bertambah setiap kali mereka berhasil menyentuhnya.
Tadinya kukira hiasan baju yang dikenakan perempuan itu. Bergoyang seturut gerak tubuh dan tarian. Ternyata bukan !
Benda-benda hitam itu menancap!
Kesakitankah perempuan itu?
Entahlah.
Perempuan itu terus meladeni mereka, sehingga perihnya tak terasa. Sementara cahaya dingin di tubuhnya semakin terang.
Aku heran, benda-benda hitam itu bergerak-gerak. Berlompatan, seolah saling berkunjung.
Kusimak lagi, ternyata benda-benda hitam itu kumpulan kata. Bersuara riuh, dan terdengar asing. Bahasa roh kah?
Ah tidak!
Aku paham bahasa roh yang lekat dengan keilahian.
Kalau bukan bahasa roh, lalu apa?
Beberapa benda hitam itu berjatuhan dari punggung perempuan itu. Menggelinding ke arahku. Kuperhatikan satu demi satu. Ternyata kumpulan kata yang tajam bercampur lendir keculasan. Menebarkan aroma busuk.
Aku jadi geram!
Sangat geram!
Berarti orang-orang yang menari itu adalah......
Segera kualihkan pandangan ke perempuan itu. Terlambat!
Perempuan itu sudah terjerembab di dekat kaki mereka yang tak henti menari. Punggung perempuan itu tertancap paku-paku kata.
Wajahnya mengarah padaku. Tatapan sendu. Ada lelehan airmata. Ini pertama kali perempuan itu menoleh ke berandaku.