Pepih Nugraha, Cs gila nekad mempertahankan Kompasiana--hanya karena dapat bisikan setan progresif akan cerahnya masa depan jurnalisme warga.Â
Namun sejak 11 tahun lalu hingga kini  pihak yang gila hanya satu kubu, yakni anda, saya, kita, jajaran admin Kompasiana yang tergabung dalam koalisi keluarga besar Kompasiana. Kenapa gila? Karena "kok mau-maunya berkompasiana ; menulis, menulis dan terus menulis".Â
Banyak kegiatan lain yang lebih "Bermank Paads bin Berpa Edah" dibandingkan menulis atau mlototi  halaman Kompasiana. Bukankah lebih Bermank Paads aktivitas menyapu, ngepel, bersihkan WC di rumah, atau nongkrong di atas gentenga, atau manjat pohon mangga tetangga yang sedang tidur, bukan? Hasilnya lebih jelas! Heu heu heu..
Menulis, menulis dan menulis itu pekerjaan sangat menyakitkan! Perihh! Bersusah payah cari ide, menyusun huruf, kata, dan kalimat, tapi setelah ditayangkan di Kompasiana...eeh jumlah pembacanya se Uprit. Perjuanganmu membuat tulisan  bagai tak dihargai!Â
Sungguh T e r l a l u!Â
"Benar, kah itu Oma?"
"Aku rasa tidak, Ani! Bersabarlah. Penulis artikel ini cuma orang lebay saja!"
"Baiklah Oma, aku rapopo.."
Chairil Anwal menulis sajak "Aku" tahun 1943. Pada masa itu, aktifitas literasi merupakan kegiatan gila. Betapa tidak?