Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Membedah Perseteruan KPAI vs PB Djarum di Tengah Amarah Publik

10 September 2019   05:01 Diperbarui: 10 September 2019   05:13 3552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : bola.kompas.com

 

Polemik antara KPAI dengan PB Djarum jadi santapan rohani yang tidak nyaman di tengah beragam persoalan besar bangsa ini.

Publik sebenarnya lagi panas hati pada elit politik yang akan melakukan Revisi UU KPK yang berpotensi melemahkan KPK. 

Disaat relatif bersamaan mereka berkedut-kedut geram pada proses seleksi Capim KPK yang disinyalir menghasilkan tokoh pemberantasan korupsi yang tidak kapabel dan tidak berintegritas. 

Tiba-tiba, eeh...KPAI yang jarang tampil cetar membahana malah menyerobot panggung dengan menyeret PB Djarum yang lagi asik ber-Audisi Ria guna melahirkan bibit pebulutangkis Indonesia untuk masa depan.

Jadi mungkin betul juga kata nenek horor penunggu KRL Commuter Line : "Untuk menjadi bangsa yang Besar dibutuhkan jiwa anak bangsa yang kuat. Untuk menjadi kuat harus menjalani ujian berat dan beruntun". Oke deh nenek!

"Sopan kali bahasamu, kenapa kau panggil aku nenek mu?"

"Bu, jangan cari ribut dong"

"Kau duluan !!!"

"Saya cuma mau menghargai kata-kata bijak nenek, sambil duduk dekat cucunya"

"Memang cucunya siapa?"

"Saya...."

"Bilang nenek-nenek, saya tersinggung dong!"

"Aaaaaaw!"

----

Suntikan Djarum dan Pisau Bedah KPAI

Niat baik tak selalu berbuah baik.  Itulah yang dialami PB Djarum yang telah banyak berbuat untuk negeri ini tapi mendadak "tidak baik" ketika kegiatan Audisi Bulutangkis mereka  dibedah KPAI sehingga menunjukkan bagian lain dari niat baik itu. 

Lewat surat resmi hasil bedahnya, KPAI menyatakan adanya "eksploitasi anak oleh industri rokok dan bahaya rokok bagi anak". PB Djarum terhenyak. Publik pun berang. Jagat berita hiruk pikuk. KPAI tergagap sendiri di sudut sepi.

Kegiatan audia bulutangkis PB Djarum itu bersifat positif bagi anak, orang tua, masyarakat luas, dan (kelak) pada bangsa ini. Namun ketika KPI menyematkan "Eksploitasi" pada audisi tersebut, maka ajang itu menjadi negatif.   

Menurut kamus KBBI, eksploitasi berarti pengusahaan; pendayagunaan atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan (tentang tenaga orang). 

Jadi, eksploitasi mengandung arti pemanfaatan secara sewenang-wenang dan berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi demi kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.

Bandingkan dengan kata "eksplorasi atau mengeksplorasi" yang berarti penyelidikan; penjajakan: penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu.  

2. kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru; mengadakan penyelidikan (terutama mengenali sumber alam yang terdapat di suatu tempat). Satu hal yang penting, umumnya "eksplorasi" tidak mengandung makna negatif.

Jadi, dibandingkan eksploitasi, istilah Eksplorasi lebih dekat dengan ajang audisi PB Djarum. Mereka sedang "mengeksplorasi" (proses pencarian) sumber-sumber berbakat untuk masa depan pebulutangkisan Indonesia dan dunia.  

sumber gambar : tribunnews.com
sumber gambar : tribunnews.com
Ekspoitasi anak

Ekploitasi anak mengandung pengertian kegiatan memanfaatkan anak untuk menghasilkan uang. 

Mereka tak lebih sebagai mesin pencetak uang dengan tanpa memperdulikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan layak, masa kecil (bermain, bersosialisasi, dll), perlindungan kesehatan, kemanan, kasih sayang dan lain sebagainya.

Apakah anak-anak audisi PB Djarum itu mendapatkan perlakuan sewenang-wenang dan tanpa  kesejahteraan? Tanya saja dengan para bintang dunia bulutangkis binaan PB Djarum seperti Susy Susanti, Alan Budikusuma, dan lain-lain yang telah memberikan kesaksian di berbagai media. 

Mereka sejahtera, walau masa kanak-kanak mereka penuh perjuangan, berlatih dan berlatih untuk menjadi juara. Ini hukum untuk semua cabang olahraga, bahwa untuk menjadi atlit dunia memang harus mengorbankan masa anak-anak dan remaja untuk berlatih keras! Termasuk kategori Ekpsloitasi kah ini?

Secara kasat mata, kegiatan PB Djarum tersebut tak menunjukkan "eksploitasi anak" dan "anjuran merokok yang membahayakan anak". Anak-anak bergembira dalam pertandingan dan pertemanan dalam acara. 

Untuk semua itu grup Djarum mengeluarkan dana besar-besaran demi kebahagiaan anak-anak  menjalani peraihan impian masa depan!

Tak ada tulisan dan gambar ajakan "ayo merokok", selain tulisan Djarum sebagai nama perusahaan yang menjadi sponsor utama kegiatan. Bisa jadi, banyak anak tak tahu bahwa Djarum merupakan isdustri rokok raksasa. 

Mereka tahunya Djarum merupakan pencetak para idola mereka dalam dunia bulutangkis. Dan kelak, mereka pun akan mendunia seperti para idolanya itu.

Lalu, apa kesalahan PB Djarum dan KPAI?

Industri dan perdagangan rokok telah menjadi selingkuhan abadi di berbagai negara di dunia. Di satu sisi rokok tidak dilarang beredar dan dikonsumsi karena banyak mendapatkan cukai/pajak untuk menambah pundi penerimaan resmi negara. 

Namun di sisi lain pemerintah "malu" menempatkannya pada posisi resmi yang terhormat. 

Terlebih ketika perkembangan dunia terkini yang gencar memusuhi rokok. Dalam kemasan rokok wajib ada peringatan "Merokok membunuhmu" ; "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,  impotensi dan gangguan kehamilan dan janin", dan seterusnya.

Bandingkan dengan narkoba yang secara hukum dilarang diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsi. Padahal kalau saja diperbolehkan resmi seperti industri rokok, banyak bandar narkoba bersedia bayar pajak resmi ke negara.

Kesalahan PB Djarum bukan pada dugaan eksploitasi anak, melainkan "takdirnya" sebagai perusahaan industri rokok.  Djarum (dan perusahaan industri rokok lainnya) merupakan selingkuhan resmi pemerintah sejak jaman baheula.

Kegiatan audisi bulutangkis itu tanpa gambar orang merokok, tanpa ajakan untuk merokok, tanpa bagi bagi-bagi, dan tanpa simbol simbol rokok sedikitpun namun secara marketing sangat signifikan membesarkan Branding Djarum. 

Tampil bak malaikat penyelamat nama baik bangsa di dunia bulu tangkis, mau tidak mau, kebesaran branding itu akan mengarah pada rokok.

Pisau bedah KPAI sebenarnya mengarah pada upaya pembesaran Branding Djarum selaku industri rokok yang dianggap haram dilakukan lewat agenda mengangkat anak-anak kelak menjadi pembawa nama baik bangsa dimasa depan. 

Kenapa KPAI tak ingin Branding Djarum jadi besar? Dunia rokok makin sulit dihilangkan, sehingga kelak anak-anak di luar audisi menjadi familiar dengan rokok.  

Kesalahan KPAI adalah hasil bedah nya tidak langsung menyasar pada upaya pembesaran Branding tersebut. Entah kenapa. Mungkin tersipu malu melihat kemolekan selingkuhan pemerintah. Celakanya,  KPAI jadi malu-maluin menelanjangi PB Djarum dengan diksi "Eksploitasi anak". Mungkin agar tampak lebih heroik di ruang publik, tapi justru bikin KPAI telanjang bulat di depan publik yang tak melihat eksploitasi itu. Malahan mereka telah merasakan jasa besar PB Djarum membawa bulutangkis Indonesia ke kancah dunia.

Ibarat pepatah, KPAI "menepuk air di dulang, terkena wajah sendiri". Siapa yang salah? Jawaban picisannya ; Salahkan air itu! Kenapa berada di dulang? Heu heu heu....

Di sudut lain, sebagai si Molek selingkuhan pemerintah, posisi Djarum "maju kena mundur kena". Goyang dianggap tak sopan, diem-diem bae disangka sombong. Kesian yaa? Kalau aku sih rapopo.

Peb, perokok aktif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun